Sunday, October 2, 2016

Nihan, (Jangan) Lupa untuk Bahagia

Saya pingin nonton KLa (akhir Agustus 2016)

Sudah, begitu saja saat baca Kla mau konser di Malang. Harus disiapkan bener-bener nih.. mulai mengajukan cuti libur kerja suami saya, memaksakan nyisihkan uang, dan menyiapkan anak-anak nantinya. Semuanya tertulis rapi di pikiran dan memori saya. Cuti libur di ACC, lalu kami hitung-hitung budget... hihihi... mau beli tiket festival seharga 150ribu saja mikirnya lamaaaa banget. Akhirnya, ahhh... kalo gak buruan beli bakalan batal lagi ini nanti. Beli !!! tiket di tangan. Lalu kami memikirkan bagaimana menyiapkan anak-anak. Mulai cari relawan buat nemenin Rayhan Raka dan Rayi. Butuh tiga relawan. Akhirnya juga dapat tiga relawan yang bersedia. 
Sekarang persiapan mental. Mental? Iya mental. Saya sudah lamaaaa gak dengerin lagu-lagu KLa. terakhir sekitar tahun 2008-2010... Bertarti sekitar enam tahunan. Meski beberapa lagu sudah punya perpustakaan di otak saya, tinggal panggil dan keluar sendiri. Lagu-lagu Kla... bikin perasaan saya bergetar, mulut saya terdiam, dan reflek air mata akan mengalir.
Tahun 2008... sekitar bulan Juli-Agustus. Saat pulang dari dokter anak. Langit tiba-tiba hening dan senyap. Udara menusuk tulang. Aku pakai baju warna merah memeluk Rayhan di boncengan motor. Di sekitar Jl. Ijen, tetes air jatuh dari langit.. gerimis. Dan aku menangis sepanjang jalan. Kami hanya diam. Sejak saat itu, lagu gerimis hampir selalu menemani tangisku. Serasa liriknya pas.. di musim kemarau, yang tiba-tiba berganti penghujan. Tiba-tiba kami serasa diterpa badai dengan diagnosa autism pada Rayhan. 
Sejak itu, sampai sekarang... kata-kata BADAI, GERIMIS, LARA, SARA, NELANGSA, MEMBEKU, TERPURUK, SEMBUNYI, TAK TERKIRA, KEMBALI... selalu menggetarkan kembali rasa trauma awal diagnosa itu.

ah ya wis... sekarang waktunya kami akan nge date.. kencan, Selama ini hampir seumur pernikahan kami hanya sekali ngedate nonton MEMOAR of GEISHA di bioskop. Itupun sebelum Rayhan lahir. Saya bertekad menjadikan nonton KLa ini sebagai suatu stasiun kenangan yang istimewa. Stasiun kenangan tempat kami berhenti sejenak menikmati perjalanan. Saya pun kemudian kepikiran pingin kirim email ke pihak manajemen, untuk bisa menemui dan berfoto di hari konser. Tanpa berharap banyak, karena saya yakin pasti mereka sibuk banget. Email dibalas bahwa akan di rapatkan dulu dengan tim. Ah... ya sudah, jawaban ini membuat saya semakin tidak berharap. Bisa nonton berdua saja sudah luar biasa bagi kami. Persiapannya sebulan, persiapan social story buat anak-anak bisa seminggu, persiapan jaga makanan supaya gak tantrum dua mingguan. Jadi, tanpa foto atau tidak, saya bertekad menjadikannya spesial.

H-1 jam 19.46. Saya terima sms dari Road Manager Kla, kami dihubungi bahwa permintaan foto diterima. Langsung nangis. -Saya yang katanya wonder woman, spiderwoman, superwoman..- iya, saya nangis. Masak ini iya. Masih saja gak percaya. Saya masih berkata gak berharap banyak, karena bisa saja besok gak jadi, karena kesibukan mereka menyiapkan konser. 

Hari H, 28 September 2016. Hujan deras jam 2 sampai jam 4 sore. Rasanya deg-degan sampai kami berangkat menjelang maghrib. Mampir sholat maghrib di masjid dekat lokasi konser. Sampai di lokasi sekitar jam 18.15... Kaget, ngantri masuk sudah panjaaang... Waktu berjalan setengah lambat sampai kami bisa bertemu KLa. Di ruangan sekitar 6x8m2, hanya ada KLa, dan kami berdua. Saya diam tidak banyak bicara. Saya merasa saya begitu kaku tidak tahu apa yang harus dilakukan selain menyalami dan menyapa. Lilo tanya kenapa suami pakai kaos bertema AUTISM, dan kami sedikit cerita bahwa kami punya dua anak autism, dan ini pertama kali selama 11 tahun ngedate nonton musik. Pertama kali meninggalkan urusan anak-anak berdua selama lebih dari 2 jam. Biasanya selalu bergantian. Selesai bertemu... kami berfoto dan ijin untuk minta tandatangan.
Lalu kami kembali masuk ke ballroom tempat konser. Sudah ada GIGI perform disana. Tak lama, GIGI menyanyikan lagu terakhir dan berganti KLa. Lagu pertama, lagu kedua...
Saat itu, saat itulah... saya merasa saya tidak ada di sana. Saya menyadari, hey... selama ini saya tidak memikirkan diri sendiri. Sejak ada Rayhan, sampai adik kembarnya lahir, sampai sekarang, dimanapun saya selalu mikir anak-anak. Mau tidur malam pun saya menunggu sampai anak-anak tidur, sambil was-was akankah tantrum malam ini, akankah melekan, akankah marah. Jika sudah tidur, saya mikir, akankah nanti bangun tengah malam, akankah bangunnya kepagian besok pagi?
Saat mereka sekolah, saat di rumah, saat naik motor... Heii... !!! Kenapa aku gak bisa menikmati konser ini. Meski aku terus mengikuti lirik lagu, pikiranku tidak disini. Dan di sela-sela untaian lagu, beberapa kali air mataku menetes. Di sela-sela tiupan terompet dan saxophone, justru itu bikin hati saya ingat suasana malam itu, yang gelap, dingin, gerimis. 

Pulang dari konser, sampai rumah... saya terduduk di dapur sambil kami berdua makan (sesorean belum makan). Adakah benar angan kami terlalu tinggi terbang. Mungkinkah iya murung ini tak terbendung selamanya? Sampai lelap saya masih mikir... sudah sejauh ini saya tidak menyerah. Padahal berulangkali rasanya ingin terjatuh dan menyerah, tapi tubuh ini tidak mau berhenti. Sampai sel paling kecil tubuh ini memaksa ingin terus. Berulang kali rasanya ingin mengembalikan titipan ini padaNya dan bilang aku tak sanggup.

Benarkah aku sudah lupa bahagia itu bagaimana?
Jangan-jangan tertawaku, senyumku, semangatku... semuanya ternyata hanya menjadi tempatku bersembunyi dari ketidak bahagiaanku?
Apakah bahagia itu bagiku?
Jangan-jangan... tiap hari semua fikiran, hati, lelahku... semua hanya untuk anak-anak saja, hingga aku benar-benar lupa apa yang pantas buatku?
Sudah lima hari sejak konser itu, dan setiap kali lihat foto bareng KLa... saya ingatkan diri saya untuk bahagia. Meski tetap saja air mata sering tak terbendung. (Kenapa tangis ini tak berhenti meski Rayhan sudah berusai 9 tahun)


Dear KLa... terimakasih sudah menjadi stasiun kenangan indah bagi kami malam itu. Terimakasih menyadarkanku betapa saya berhak bahagia. Kami berjanji akan nonton lagi tahun depan. Dan saya berjanji, hari ini sampai saat itu nanti, saya tidak akan lupa untuk bahagia.