Friday, March 23, 2012

Cerita tentang Rayhan dalam Sebuah Shooting TV Lokal

Pada tanggal 26 Oktober 2011, saya dan Rayhan diundang untuk menjadi tamu dalam acara dialog keluarga, di sebuah televisi lokal kota Batu. Waktu itu, temanya tentang mendampingi dan penanganan anak hiperaktif. Kebetulan, Rayhan termasuk dalam kategori anak hiperaktif. Tentu saja saya sangat gembira... bukan hanya karena masuk TV (he he he) tapi juga, sebuah kesempatan besar untuk mas Rayhan untuk belajar tentang sebuah proses pengambilan gambar sampai sebuah tayangan TV bisa dilihat di rumah. Saya sudah tidak sabar menantikan kami ke lokasi shooting. Sehari sebelumnya, saya berusaha mengkondisikan Rayhan untuk menyiapkan diri saat pengambilan gambar. Tidak mudah menebak mood seorang anak autis. Apabila dia merasa tidak nyaman, maka perilakunya akan berubah menjadi tidak nyaman pula bagi sekelilingnya. Padahal sebenarnya perilaku itu muncul sebagai usahanya untuk menyamankan diri. Mungkin hampir sama dengan perilaku kita berjalan mondar-mandir apabila sedang bingung. Namun, tentu dengan porsi dan pengendalian yang jauh berbeda. Apalagi, mengingat program TV tersebuat akan ditayangkan secara langsung. saya sebenarnya merasa sedikit deg-degan juga... "Semoga mas Rayhan esok hari bisa tenang, sejam saja... setidaknya..."

Persiapan saya mulai dengan menonton stasiun TV yang mengundang kami di rumah. Saya menjelaskan bahwa besok kita akan melihat dan bermain ke stasiun TV tersebut. Mata Rayhan berbinar mendengar penjelasan saya, meskipun dengan bahasa yang singkat yang dia mengerti. Tidak lupa, saya jelaskan logo TV yang ada di pojok layar kaca kami. Kebetulan Rayhan sudah bisa membaca, jadi tidak sulit baginya mengenali huruf di logo TV tersebut. Tidur cukup dan tidak terlalu malam, mood saya jaga supaya senang, makanan kesukaan juga saya sediakan, dan hampir semua hal yang tidak disukainya saya hindarkan. Juga baju yang saya siapkan adalah baju yang disukainya. dan.... sssssttttt... saya menyiapkan jimat "senjata pamungkas", yang akan saya keluarkan bila Rayhan mulai bosan (rahasia ya...???).

Keesokan harinya, Rayhan bersemangat sarapan, mandi dan berganti pakaian. Berulang kali saya katakan bahwa kita akan melihat kamera TV... "yess...!!!" jawab Rayhan sambil mengepalkan tangan. Awal berangkat, kami menumpang mobil psikolog yang juga mendampingi kami. sampai di lokaasi shooting, luar biasa Rayhan senang, melihat kolam ikan, berkeliling lokasi, naik turun jembatan buatan, sampai saya mengenalkan tempat toilet dan cuci tangan.


Begitu melihat mobil TV yang dimaksud datang, luar biasa sukacitanya... bersorak dan tepuk tangan. Lalu Rayhan saya ajak berkeliling lebih dekat untuuk menyaksikan para kru menyiapkan kamera, soundsystem, kabel dan lain-lain. Saya merekamnya dalam video (selalu saya lakukan dimanapun, karena, sesampainya di rumah, video akan saya putar kembali untuk menjelaskan kembali sebagai review belajar Rayhan). Rayhan menlihat dengan detil kru menyiapkan kamera... dan, proses shooting pun dimulai. Selama setengah jam pertama, Rayhan masih asik dengan kertas gambar, dan terus menggambar logo TV tersebut, sambil tiduran di lantai. Setengah jam berikutnya, saya sempat berkeringat, karena Rayhan mulai bosan dan berjalan-jalan dari satu kamera ke kamera lainnya. Jimat pertama pun saya keluarkan, KUE dan MINUM kesukaannya. Sepuluh menit bertahan tenang kembali. Setelahnya mulai lagi berjalan menuju kamera, memencet-mencet tombol, mendekatkan wajah ke lensa kamera, lalu melihat layar display kamera, memencet-mencet keyboard piano... dan akhirnya JIMAT PAMUNGKAS, terpaksa saya keluarkan. Sebuah ATM dan dompet yang saya pinjam dari seorang teman, yang tidak saya miliki (karena kalau ATM kami, Rayhan sudah bosan). Sebenarnya, saya tidak ingin melakukannya, tapi tidak ada pilihan lain. Dia bertahan tenang sampai akhir acara, bahkan di akhir acara, Rayhan ikut main piano dengan lagu yang asal saja diciptakannya sendiri... Salut mas Rayhan. Kekurangan saya saat itu, adalah, saya LUPA tidak membawa MAINAN kesukaannya. Seandainya saya bawa, mungkin saya tidak perlu mengeluarkan JIMAT PAMUNGKAS berupa ATM, yang seharusnya konsisten untuk saya "tidak"kan (baca OBSESI dan PHOBIA).


Pada tanggal 23 November 2011, kami diundang kembali  oleh stasiun yang sama, untuk program yang sama, sebagai narasumber dengan tema sekolah inklusi. Kali ini, saya bertekad, tidak akan memberikan reward berupa ATM atau HP pada Rayhan. Jadi, saya menyiapkan banyak mainan mobil kecil-kecil, lego, dan majalah-majalah baru yang belum pernah dibacanya (padahal saya belinya juga bekas he he he...), juga camilan dan minum. Sedikit lega, karena shooting kali rekaman, dan akan ditayangkan minggu depan. Kami tetap bersemangat datang ke lokasi, karena lokasi pengambilan gambar di kawasan Agrowisata Kusuma Batu, kebetulan saya belum pernah mengajak Rayhan kesana.
Yang berbeda pada kesempatan kedua, program diawali dengan memasak menu spesial berbahan strawberry, dan juga mengundang seorang remaja penyandang autis yang telah bersekolah di sebuah SMK. Saya sangat tertarik dengan ide ini, karena ingin sekali melihat reaksi dan interaksi apabila dua penyandang autis yang berbeda usia 11 tahun duduk bersama.

Mas Rayhan justru sangat tertarik dengan Chef yang menyiapkan bahan-bahan memasak. Dia menyentuh satu persatu bahan, paprika, bawang bombay, tomat, dan strawberry. Kemudian dicium-cium semua bahannya satu persatu. Dia sangat tertarik dengan strawberry, karena selama ini belum pernah memegang langsung buah strawberry lengkap dengan daunnya. Tiba-tiba dia memakannya (he he he...) segigit, lalu segigit lagi... sampai habis... Lho kok ngambil lagi (he he he...). "Sudah mas, silahkan duduk di kursi.." kataku.. khawatir nanti tidak jadi memasak karena strawberrynya dihabiskan mas Rayhan. Bagi saya, peristiwa memakan buah strawberry ini merupak PRESTASI HEBAT untuk mas Rayhan, mengingat dia sangat membatasi buah yang dimakan, dipilih dan selalu menolak jenis buah yang baru dikenalnya (baca OBSESI DAN PHOBIA: TUMBUHAN dan BUAH).

Proses belajar dilanjutkan dengan bertemu dengan Mbak April. seorang penyandang autis yang telah bersekolah di sebuah SMK Negeri, dengan prestasi di bidang animasi yang hebat. Rayhan duduk di kursi sebelahnya, lalu saya mengeluarkan semua bekal kami, mainan, lego, buku, majalah, camilan (kacang atom) dan minuman sari jeruk. Ternyata justru Mbak April tertarik dengan semua bekal kami. Mbak April langsung membuat sebuah istana dari lego, dan membaca majalah yang kami bawa. dan, hebatnya mereka berdua, mereka bisa berbagi dan bergantian. Sesi satu berlangsung dengan tenang, mas Rayhan cukup nyaman dan tenang selama pengambilan gambar. Hanya sesekali dia berjalan ke arah chef dan minta jatah strawberry lagi (he he he). Meskipun pertanyaan dari host belum mampu dijawabnya dengan fokus, karena Rayhan lebih fokus ke strawberry yang sedang dimakannya.



Sesi kedua, adalah saat kami, orangtuanya ikut masuk dalam dialog. Kami berbagi pengalaman kami menyiapkan seorang anak penyandang autis untuk masuk sekolah umum, dan bergabung dengan siswa lainnya, serta mengikuti pelajaran seperti umumnya naka normal lainnya. Di tengah-tengah sesi kedua, Rayhan sempat minta pipis ke kamar mandi, dan saya membisikkan padanya untuk minta bantuan kepada Pak Lukman (Sekolah Dolan) membantunya mengantar ke kamar mandi. Saya sempat deg-degan, khawatir Rayhan menolak. Ternyata tidak, Rayhan berjalan pelan menuju pak Lukman dan bilang "mau pipis"... sementara kami tetap terus melanjutnya dialog. Saya pun menarik sedikit nafas lega. Lima menit sebelum berakhir, sempat terjadi tarik menarik gambar, saat Mbak April menunjukkan sebuah gambar yang dimiliknya kepada kamera. Rayhan penasaran dan langsung merebutnya tanpa ijin terlebih dahulu, dan Mbak April mempertahankan kertas gambar karena takut rusak. Akhirnya Rayhan berhasil menahan diri dan kembali berlangsung aman, tanpa ada sedikitpun mood yang hilang, baik Mbak April ataupun Rayhan.

Hari itu, shooting berakhir, dan kami pulang dengan terlebih dahulu berbelanja sekilo strawberry Grade A, yang sangat murah... 

Saat penayangan dialog, baik tema "Anak Hiperaktif" maupun "Sekolah Inklusi", ada cerita dimana Papa Rayhan sempat terharu dan menangis melihat tayangan dialog. Begitupun saya, dan beberapa orang teman yang melihat tayangan tersebut.Terima Kasih nak, kau yang terbaik bagi kami, orangtuamu. Senyum untuk mas Rayhan.

Tuesday, March 20, 2012

OBSESI dan PHOBIA 3: TAKUT TUMBUHAN dan BUNGA


Masih ingat dengan baik masa kecil Rayhan. Dia tidak pernah menolak makanan. Kami bisa dengan mudah menyediakan berbagai menu harian, yang berbeda-beda. Bahkan, ketika usia 15 bulan Rayhan harus diet susu sapi, telur ayam, daging ayam, dan ikan laut sehingga lauk yang disantapnya daging sapi, tahu, tempe, dan ikan tawar. Rayhan alergi terhadap makanan tersebut, yang muncul dalam bentuk ruam-ruam merah di kulit bagian punggung. Kami tidak mengalami banyak masalah dalam menyediakan menu untuknya. Semua menu disantapnya. Sayur sop, sayur asem, sayur lodeh, urap, botok, tumis, sayur rebus, nasi goreng daun singkong, omelet telur kacang panjang, sayur nangka, nasi pelangi... dan banyak yang lainnya. Tidak ada hal yang spesifik yang menunjukkan dia menolak atau tidak suka dengan tumbuhan. Yang saya ingat hanya satu hal, Rayhan selalu memungut dan membuang setiap daun kering yang tanpa sengaja tertiup angin dan masuk ke dalam rumah kami. dengan dua jari (telunjuk dan jempol), dia memungut dan membaawanya ke luar atau membuang ke tempat sampah. Waktu itu, kami berfikir, Rayhan suka kebersihan. Itu saja.

Kami terlewatkan untuk mencatat awal mula kejadiannya. Tiba-tiba, selera menu Rayhan berubah. sama sekali tidak mau ada sayur di dalam makanannya. Disembunyikan dalam bentuk bagaimanapun, dia akan mengetahuinya dengan indera penciuman dan perasanya (lidah). Makanannya hanya dalam bentuk lauk dan nasi saja. Kalaupun mau makan kuah sayur, harus berwarna bening, tanpa sedikitpun hijauan, meskipun hanya seledri iris.

Kami sampai kerepotan, karena berdampak pada siklus BABnya. Akhirnya kami menyediakan buah-buahan lebih banyak dari biasanya. Itupun, dia juga menjadi sangat pemilih. Rayhan hanya mau makan buah jeruk, mangga, lengkeng, rambutan, pisang, pir dan apel. Padahal, buah pir, apel, jeruk, dan pisang, hanya boleh dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Buah nanas adalh buah yang terbaik untuk penyandang autis, dia menolaknya sama sekali.

Tiba-tiba juga, dia menolak semua jus dan sari buah yang kami sediakan setiap hari. Mencoba mengajaknya ke rumah makan, dia memilih es teh, atau es jeruk, dibanding jus buah. Kami bertambah kaget, ketika suatu waktu, di tempat terapinya, Rayhan mendapat tugas menyerahkan karangan bunga kepada pembicara seminar. Saat berlatih, Rayhan histeris dengan bunga yang diberikan kepadanya. Bunga plastik, ataupun buna hidup dicobakan, tetap saja Rayhan histeris. Padahal, di rumah kami banyak tanaman, dan Rayhan baik-baik saja melewati tanaman-tanaman itu. Mainan jatuh di rumput pun, tidak masalah baginya untuk mengambil sendiri, danmenginjak rumput tanpa alas kaki. Tapi, sangat antipati untuk memegang langsung tumbuhan atau bunganya. Baik tumbuhan buatan, ataupun tumbuhan alami.

Sampai saat ini, kami masih belum tahu apa penyebabnya, dan bagaimana solusinya. Kami berusaha melatih dari sedikit demi sedikit. Diawali dengan memegang tumbuhan. Rayhan suka sekali dengan hewan ternak. Saya sering mengajakna ke kandang, berjam-jam dia disana, dan melatihnya mengambil sedikit rumput untuk diberikan pada ternak. Begitu seterusnya. Akhirnya berhasil. Rayhan mulai mau memegang kembali tumbuhan, meskipun baru di dalam kandang. Selanjutnya, saya sering mengajaknya ke taman kota di alun-alun kota Batu. Di sana, saya menunjukkan banyak sekali tumbuhan dan bunga, dengan meminta Rayhan menyebutkan warna, atau saya menyebutkan warna dan Rayhan menunjukkan bunga atau daunnya. Usaha ini cukup berhasil, namun masih sangat sedikit. Rayhan bersedia menyentuh  daun, bunga, atau sayur-sayuran, tapi Rayhan masih enggan dan takut menyentuh bunga buatan di vas meja, masih belum mau makan dengan sedikitpun warna hijau, dan tetap memilih buah yang dimakannya, tetap menolak sari buah atau jus, apapun rasanya.

Ada satu hal penting lagi, kami berdoa kepada Allah, untuk membantu mengatasi rasa takutnya terhadap tumbuhan.. bahkan untuk hal yang sepele ini, kami meminta kebesaranNya untuk menolong kami, kepadaNyalah kami mohon pertolongan. Rayhan benar-benar menjadi sumber ilmu kami yang luar biasa. Allah maha besar telah menciptakannya untuk kami, dan orang di sekelilingnya, menimba ilmu, dan mengagungkanNya.