Banyak pilihan sekolah. Baik
formal maupun informal, atau bahkan nonformal.
Itulah yang sejak awal saya dan suami diskusikan. Mau kemana kami menyekolahkan
anak kami. Karena, masing-masing pilihan itu akan ada konsekuensinya, akan ada
hal lain yang tetap harus kami lengkapi. Akhirnya kami memilih jalur formal.
Masuk sekolah umum, selain tetap melanjutkan terapinya.
Sangat tidak mudah mencari
sekolah yang sesuai dengan visi, misi keluarga kami, dengan kondisi anak
berkebutuhan khusus. Memutuskan kapan waktu yang tepat untuknya siap masuk
sekolah umum, dan memulai sosialisasi dengan yang lain, mengikuti kelas
klasikal, bukanlah hal yang mudah meskipun tetap bukan hal yang mustahil. Namun demikian, apabila anak belum siap untuk masuk sekolah umSemoga pengalaman yang kami lakukan bermanfaat.
· Kesiapan anak
Rayhan memulai
program terapi usia dua tahun. Saat usia 3,5 tahun, kami memperkirakan Rayhan
sudah siap untuk memulai sekolah umum. Maka, setahun sebelum Rayhan memulai
sekolah, kami benar-benar menyiapkan anak untuk mampu membantu dirinya speerti
toilet training, makan, minum, memahami pembicaraan orang lain, dan lain
sebagainya. Kami terus berkomunikasi dengan terapisnya mengenai apa saja
hal-hal lain yang harus kita siapkan bersama-sama. Namun, kita tidak bisa
memaksakan keinginan diri sendiri untukmenyekolahkan anak di sekolah umum atau
inklusi. Semua tergantung kemampuan dan kesiapan anak. Kita harus siap
menerima, jika ternyata memang anak lebih siap untuk belajar di sekolah khusus.
· Survey Sekolah
Sekolah mana
ya... ? Saya mencatat beberapa sekolah umum yang jaraknya relatif dekat dengan
rumah, lalu yang agak jauh, terakhir yang dekat dengan sekolah terapinya. Saya
datangi satu persatu, menanyakan kemungkinan Rayhan penyandang autis untuk
diberi kesempatan belajar di sekolah tersebut. Apa responnya? 98% menolak baik
dengan cara halus, cara langsung atau tidak langsung. Sungguh, fase mencari
sekolah ini cukup berat buat saya. Saya harus menahan airmata setiap kali
keluar dari sekolah yang menyatakan tidak bisa menerima Rayhan. Memberi
kesempatan pun tidak, bertemu anaknya pun tidak, langsung memutuskan. Rasanya
hampir putus asa. Anakku tidak bisa diterima masayarakat, tidak bisa diterima
siapapun, tidak punya kesempatan sekolah. Semua itu bergumul menjadi benang
merah yang kusut di benak saya.
Sampai akhirnya
ada dua sekolah yang bersedia membantu Rayhan mendapat kesempatan
bersosialisasi. Saya sungguh harus berterimakasih pada dua sekolah ini. Satu
sekolah berjarak 3 kilometer dari rumah, dan satu lagi berjarak 9 km dari rumah
tetapi sangat dekat dengan sekolah terapinya.
Tidak hanya
sekolah umum, sekolah khusus untuk ABK pun, kit aharus melakukan survey
terlebih dahulu. Data sekolah khusus yang ada di kota tempat tinggal, lengkap
dengan alamat dan nomor teleponnya. Buat janji untuk berkunjung, dan sampaikan
tujuan kita supaya sekolah bisa memaparkan fasilitas yang bisa didapat di
sekolah tersebut. Biaya juga menjadi salah satu pertimbangan orangtua untuk
menentukan sekolah. Catat semua informasi yang didapatkan, termasuk jarak dari
rumah ke sekolah dan waktu tempuhnya.
· Menentukan pilihan sekolah
Semua informasi
yang sudah didapatkan, bisa menjadi dasar kita memutuskan sekolah mana yang
akan dipilih. Tentukan dua atau tiga sekolah, lalu ajak anak berkunjung kesana.
Lihat ekspresinya, lihat minatnya, jika sudah verbal, bisa kita tanyakan
sekolah mana yang ingin dicobanya. Kalau perlu, mintalah waktu satu atau dua
kali untuk melakukan kelas percobaan. Selain sebagai sarana anak mengenal
sekolah, juga bisa menjadi evaluasi tentang kesiapan anak belajar di sekolah
umum, ataupun kemampuan sekolah memfasilitasi ABK di sekolah umum. Jika berada
di sekolah khusus, ajak anak untuk melihat kelas dan lingkungan sekolah. Jika
dia tidak nyaman, kita bisa mencoba di pilihan kedua atau ketiga. Selama belum
menjatuhkan pilihan, jangan memberikan janji apapun pada pihak sekolah,
jelaskan sejak awal bahwa Anda dan anak ingin diberi kesempatan sekali untuk
mencoba dulu.
· Mengajak anak mengenal sekolah dan guru
Bila sudah
ditentukan sekolah umum, ataupun sekolah khusus yang dipilih, ajak anak mengenal
sekolah, dan tahu tempat-tempat dan ruang di sekolah. Tunjukkan dimana tempat
kamar mandi, tempat air minum, tempat menyimpan tas dan sepatu dan hal lain
yang sebaiknya ditunjukkan. Berikan informasi pada guru sekolah apa yang
disukai dan apa yang tidak disukainya dan menyebabkan dia marah atau tantrum.
Jika perlu, informasikan tentang bagaimana menangani jika anak tantrum. Guru
dan sekolah pasti punya cara sendiri, tapi informasi dari orangtua akan
membantu untuk menyelesaikan masalah jika diperlukan.
Kenalkan anak
pad awali kelasnya terlebih dahulu, sebelum pada guru yang lain. Anda bisa
minta tolong pada guru untuk mengajaknya jalan-jalan keliling sekolah atau
bermain di awal perkenalan. Lakukan perkenalan ini sebelum haripertama masuk
sekolah, supaya saat pertama masuk anak sudah merasa percaya diri dan tahu
lingkungan sekolah. Jika perlu, gambar peta atau foto ruang-ruang sekolah, atau
bahkan foto bapak/ibu guru, sehingga di rumah, orangtua bisa menceritakan
kembali gambar/foto yang ada.
· Mendampingi hari pertama masuk sekolah jika diperlukan
Sehari sebelum
masuk pertama sekolah, jelaskan bahwa besok pagi ananda akan sekolah dan akan
bertemu ibu guru dan teman baru. Jangan menjanjikan bahwa besok anda akan
menungguinya, karena anda hanya akan mendampinginya jika diperlukan saja. Jika
anak sudah setengah percaya diri, anda bisa mengatakan bahwa anda akan
menjemputnya segera. Kepastian hal yang sangat penting untuk ABK, karena anak
autis terutama, kesulitan mengenal daerah abu-abu, atau toleransi. Sekali
ditunggu, dia kan minta ditunggu seterusnya. Tapi sekali dia percaya diri
segera tinggalkan dia dan beri kepercayaan, maka seterusnya dia akan mandiri.
· Menyediakan pendamping jika dibutuhkan
Bagi siswa ABK
yang sekolah inklusi, tanyakan kesulitan pada guru kelasnya. Mintalah
pertimbangan apakah anak perlu pendamping khusus ataukah bisa mandiri. Guru
kelasnyalah yang paling tahu apa kebutuhan anaknya. Jika guru kelas menyatakan
tidak memerlukan, anda harus percaya dan berusaha membantu pelajaran di sekolah
sebaik mungkin di rumah. Komunikasi sengan guru juga harus rutin dilakukan.
Tanyakan apa yang dipelajari dan bagaimana anak di dalam kelas, supaya anda
bisa memetakan kelebihan yang bisa ditingkatkan, dan kekurangan yang harus
lebih banyak dilatih.
· Melatih anak mandiri tanpa pendampingan
Jika anak
memerlukan pendamping, orangtua bisa secara bertahap mengurangi ketergantungan
pendamping dengan terus melatih kemandiriannya. Tanyakan hal apa yang sudah
mampu mandiri, dan minta pendamping untuk memberikan kesempatan pada anak dalam
hal tersebut. Untuk hal yang belum mandiri, minta tolong pendamping untuk
memotivasi anak supaya bisa perlahan melakukan sendiri. Usahakan, dan tekadkan,
bahwa anak akan lepas dan mampu mandiri dari pendamping khusus.
·
Memonitor perkembangan belajar sehari-hari
Buat portofolio
tentang apa saja yang berhasil dibuat anak di sekolah. Kumpulkan buku-buku dan
hasil karyanya. Catat perkembangannya dalam sebuah jurnal harian. Dengan
demikian, akan memudahkan orangtua untuk menentukan kapan anak bisa naik kelas
ke jenjang berikutnya.
Semoga catatan ini bermanfaat.
Biarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai keinginan dan cita-citanya, bukan
atas dasar keinginan dan ambisi kita.