Wednesday, June 11, 2014

Menyiapkan Anak Kebutuhan Khusus (ABK) Masuk Sekolah




Banyak pilihan sekolah. Baik formal maupun informal, atau bahkan nonformal.  Itulah yang sejak awal saya dan suami diskusikan. Mau kemana kami menyekolahkan anak kami. Karena, masing-masing pilihan itu akan ada konsekuensinya, akan ada hal lain yang tetap harus kami lengkapi. Akhirnya kami memilih jalur formal. Masuk sekolah umum, selain tetap melanjutkan terapinya.
Sangat tidak mudah mencari sekolah yang sesuai dengan visi, misi keluarga kami, dengan kondisi anak berkebutuhan khusus. Memutuskan kapan waktu yang tepat untuknya siap masuk sekolah umum, dan memulai sosialisasi dengan yang lain, mengikuti kelas klasikal, bukanlah hal yang mudah meskipun tetap bukan hal yang mustahil. Namun demikian, apabila anak belum siap untuk masuk sekolah umSemoga pengalaman yang kami lakukan bermanfaat.

·      Kesiapan anak
Rayhan memulai program terapi usia dua tahun. Saat usia 3,5 tahun, kami memperkirakan Rayhan sudah siap untuk memulai sekolah umum. Maka, setahun sebelum Rayhan memulai sekolah, kami benar-benar menyiapkan anak untuk mampu membantu dirinya speerti toilet training, makan, minum, memahami pembicaraan orang lain, dan lain sebagainya. Kami terus berkomunikasi dengan terapisnya mengenai apa saja hal-hal lain yang harus kita siapkan bersama-sama. Namun, kita tidak bisa memaksakan keinginan diri sendiri untukmenyekolahkan anak di sekolah umum atau inklusi. Semua tergantung kemampuan dan kesiapan anak. Kita harus siap menerima, jika ternyata memang anak lebih siap untuk belajar di sekolah khusus.
·    Survey Sekolah
Sekolah mana ya... ? Saya mencatat beberapa sekolah umum yang jaraknya relatif dekat dengan rumah, lalu yang agak jauh, terakhir yang dekat dengan sekolah terapinya. Saya datangi satu persatu, menanyakan kemungkinan Rayhan penyandang autis untuk diberi kesempatan belajar di sekolah tersebut. Apa responnya? 98% menolak baik dengan cara halus, cara langsung atau tidak langsung. Sungguh, fase mencari sekolah ini cukup berat buat saya. Saya harus menahan airmata setiap kali keluar dari sekolah yang menyatakan tidak bisa menerima Rayhan. Memberi kesempatan pun tidak, bertemu anaknya pun tidak, langsung memutuskan. Rasanya hampir putus asa. Anakku tidak bisa diterima masayarakat, tidak bisa diterima siapapun, tidak punya kesempatan sekolah. Semua itu bergumul menjadi benang merah yang kusut di benak saya.
Sampai akhirnya ada dua sekolah yang bersedia membantu Rayhan mendapat kesempatan bersosialisasi. Saya sungguh harus berterimakasih pada dua sekolah ini. Satu sekolah berjarak 3 kilometer dari rumah, dan satu lagi berjarak 9 km dari rumah tetapi sangat dekat dengan sekolah terapinya.
Tidak hanya sekolah umum, sekolah khusus untuk ABK pun, kit aharus melakukan survey terlebih dahulu. Data sekolah khusus yang ada di kota tempat tinggal, lengkap dengan alamat dan nomor teleponnya. Buat janji untuk berkunjung, dan sampaikan tujuan kita supaya sekolah bisa memaparkan fasilitas yang bisa didapat di sekolah tersebut. Biaya juga menjadi salah satu pertimbangan orangtua untuk menentukan sekolah. Catat semua informasi yang didapatkan, termasuk jarak dari rumah ke sekolah dan waktu tempuhnya.
·         Menentukan pilihan sekolah
Semua informasi yang sudah didapatkan, bisa menjadi dasar kita memutuskan sekolah mana yang akan dipilih. Tentukan dua atau tiga sekolah, lalu ajak anak berkunjung kesana. Lihat ekspresinya, lihat minatnya, jika sudah verbal, bisa kita tanyakan sekolah mana yang ingin dicobanya. Kalau perlu, mintalah waktu satu atau dua kali untuk melakukan kelas percobaan. Selain sebagai sarana anak mengenal sekolah, juga bisa menjadi evaluasi tentang kesiapan anak belajar di sekolah umum, ataupun kemampuan sekolah memfasilitasi ABK di sekolah umum. Jika berada di sekolah khusus, ajak anak untuk melihat kelas dan lingkungan sekolah. Jika dia tidak nyaman, kita bisa mencoba di pilihan kedua atau ketiga. Selama belum menjatuhkan pilihan, jangan memberikan janji apapun pada pihak sekolah, jelaskan sejak awal bahwa Anda dan anak ingin diberi kesempatan sekali untuk mencoba dulu.
·        Mengajak anak mengenal sekolah dan guru
Bila sudah ditentukan sekolah umum, ataupun sekolah khusus yang dipilih, ajak anak mengenal sekolah, dan tahu tempat-tempat dan ruang di sekolah. Tunjukkan dimana tempat kamar mandi, tempat air minum, tempat menyimpan tas dan sepatu dan hal lain yang sebaiknya ditunjukkan. Berikan informasi pada guru sekolah apa yang disukai dan apa yang tidak disukainya dan menyebabkan dia marah atau tantrum. Jika perlu, informasikan tentang bagaimana menangani jika anak tantrum. Guru dan sekolah pasti punya cara sendiri, tapi informasi dari orangtua akan membantu untuk menyelesaikan masalah jika diperlukan.
Kenalkan anak pad awali kelasnya terlebih dahulu, sebelum pada guru yang lain. Anda bisa minta tolong pada guru untuk mengajaknya jalan-jalan keliling sekolah atau bermain di awal perkenalan. Lakukan perkenalan ini sebelum haripertama masuk sekolah, supaya saat pertama masuk anak sudah merasa percaya diri dan tahu lingkungan sekolah. Jika perlu, gambar peta atau foto ruang-ruang sekolah, atau bahkan foto bapak/ibu guru, sehingga di rumah, orangtua bisa menceritakan kembali gambar/foto yang ada.
·         Mendampingi hari pertama masuk sekolah jika diperlukan
Sehari sebelum masuk pertama sekolah, jelaskan bahwa besok pagi ananda akan sekolah dan akan bertemu ibu guru dan teman baru. Jangan menjanjikan bahwa besok anda akan menungguinya, karena anda hanya akan mendampinginya jika diperlukan saja. Jika anak sudah setengah percaya diri, anda bisa mengatakan bahwa anda akan menjemputnya segera. Kepastian hal yang sangat penting untuk ABK, karena anak autis terutama, kesulitan mengenal daerah abu-abu, atau toleransi. Sekali ditunggu, dia kan minta ditunggu seterusnya. Tapi sekali dia percaya diri segera tinggalkan dia dan beri kepercayaan, maka seterusnya dia akan mandiri.
·         Menyediakan pendamping jika dibutuhkan
Bagi siswa ABK yang sekolah inklusi, tanyakan kesulitan pada guru kelasnya. Mintalah pertimbangan apakah anak perlu pendamping khusus ataukah bisa mandiri. Guru kelasnyalah yang paling tahu apa kebutuhan anaknya. Jika guru kelas menyatakan tidak memerlukan, anda harus percaya dan berusaha membantu pelajaran di sekolah sebaik mungkin di rumah. Komunikasi sengan guru juga harus rutin dilakukan. Tanyakan apa yang dipelajari dan bagaimana anak di dalam kelas, supaya anda bisa memetakan kelebihan yang bisa ditingkatkan, dan kekurangan yang harus lebih banyak dilatih.
·         Melatih anak mandiri tanpa pendampingan
Jika anak memerlukan pendamping, orangtua bisa secara bertahap mengurangi ketergantungan pendamping dengan terus melatih kemandiriannya. Tanyakan hal apa yang sudah mampu mandiri, dan minta pendamping untuk memberikan kesempatan pada anak dalam hal tersebut. Untuk hal yang belum mandiri, minta tolong pendamping untuk memotivasi anak supaya bisa perlahan melakukan sendiri. Usahakan, dan tekadkan, bahwa anak akan lepas dan mampu mandiri dari pendamping khusus.
·         Memonitor perkembangan belajar sehari-hari
Buat portofolio tentang apa saja yang berhasil dibuat anak di sekolah. Kumpulkan buku-buku dan hasil karyanya. Catat perkembangannya dalam sebuah jurnal harian. Dengan demikian, akan memudahkan orangtua untuk menentukan kapan anak bisa naik kelas ke jenjang berikutnya.
Semoga catatan ini bermanfaat. Biarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai keinginan dan cita-citanya, bukan atas dasar keinginan dan ambisi kita.

1 comment:

  1. assalamualaikum, untuk info Sekolah Dasar Inklusi di Malang yang bagus dalam hal pengajar, fasilitas yang memadai untuk pendiidikan anak di mana ya?

    ReplyDelete