Thursday, July 13, 2017

Jakarta, Rayhan Datang..!!

Menyusuri rel kereta dari stasiun ke stasiun berikutnya sungguh menarik perhatian Rayhan. Sampai pagi dia tak mau tidur. Pandangannya f9kus ke luar jendela meski gelap. Telinganya waspada dengar pengumuman akan sampai di stasiun mana lima menit lagi. Begitu terus sampai kami menginjakkan kaki di stasiun Jatinegara jam dua dinihari. Mampir sejenak di rumah rekan saya dulu saat kuliah. Menumpang mandi, sholat subuh dan merebahkn diri beberapa jam.
Pagi hari Rayhan bangun duluan sekitar jam tujuh. Membangunkan saya untuk segera bersiap berkeliling Jakarta. Ya ya ya... ayuklah kita bersiap. Matanya berbinar tak sabar. Langkahnya riang melewati pedagang kaki lima sekitar jalan yang memasuki stasiun Jatinegara. Rayhan tetap bersemangat. Membaca pengumuman, dan mencoba mengecek saldo kartu Commuter Line miliknya. Kadang langkahnya terlalu cepat hibgga saya perlu beberapa kali mengingatkan untuk tunggu mama dan jangan lepas gandengan tangannya. Akhirnya kami masuk CL. Wajahnya woowww luar biasa riang. Berdiri duduk dan berdiri lagi. Menatap jendela kanan kiri. Menyebut gedung-gedung kanan kiri sepanjang dilewati CL. Sesekali Rayhan menjadi pusat perhatian karena nada bicaranya yang khas, dan pertanyaannya yang agak berbeda. Ah kami sudah biasa menjadi perhatian. Saya tetap pura-pura tak tahu kalau diperhatikan. Cukup pin di dada Rayhan menjelaskan. Autism : different not less. Mungkin lain kali akan saya buatkan pin bertuliskan ANAK GANTENG DENGAN AUTISM.
Perlahan CL memasuki area stasiun kota. Tujuan kami adalah Musium Bank Indonesia di seberang jalan sana. Sesuai permintaan dan keinginan Rayhan.
Kami masuk musium dan Rayhan nampak begitu gembira mengikuti ruang demi ruang. Dia membaca dengan teliti perkembangan bank Mandiri jaman dulu sampai sekarang. Lalu mencoba praktek menjadi teller bank di ruang tertentu. Sampai ke mesin ATM jadul yang akan dia coba masukkan kartu. Musium ini tidaklah ramai.. jadi kami leluasa dan cukup nyaman tanpa harus menjadi pusat perhatian banyak orang dengan kalimat-kalimar Rayhan yang terus menerus dan berulang.
selanjutnya Rayhan ingjn lewat monas dan melihat proyek MRT. Entah darimana dia tahu MRT. Ya baiklah.. kita akan keliling naik transjakarta. Seperti dugaanku, akan sedikit menjadi pusat perhatian dengan seringnya Rayhan bersorak dan bicara dengan topik itu-itu saja. Itu gedung bank apa.. itu jalan apa.. ini lewat mana.. tepuk tangan mama... Saya menyiapkan senyum paling manis sambil cuek pura-pura tak lihat tatapan orang lain. Kami sempat berganti bis karena Rayhan mau ke kamar mandi. Lalu saat naik lagi, saya memutuskan Rayhan untuk duduk di kursi diffable. Setidaknya mengurangi perhatian banyak orang. Meski saya cuek, kadang manusiawi saya merasa tak byaman dilihatin dengan tatapan bertanya-tanya, atau menduga-duga.
Seharian kami keliling kesana kemari dengan CL, transjakarta, CL lagi dan transjakarta lagi. Memuaskan keingintahuan Rayhan pada kota Jakarta. Membiarkannya merekan dengan video banyak gedung-gedung yang dilalui.
Sore harinya, kami menuju ke Tangerang. Ke rumah budhenya Rayhan. Hari ini setidaknya cukup lancar. Jadwal perjalanan sangat membantu saya. Rayhan tidak banyak bertanya mau kemana naik apa sama siapa dan pertanyaan lainnya.

-bersambung Petualangan di Tangerang-



Tuesday, March 14, 2017

Menyiapkan Perjalanan Tas Punggung ke Jabodetabek bagi Rayhan

Sebuah sms saya terima. Nomornya belum tersimpan di memori yang baru. Tapi saya hafal betul itu nomor siapa. Saya tertegun diam. Rasanya begitu rindu. Ah tapi mengapa mendadak begini undangannya. Jadwal libur suami pun belum disiapkan. Ingin datang tapi juga khawatir. Biasanya semua jadwal disiapkan akhir bulan sebelumnya. Setelah mempertimbangkan banyak hal. Akhirnya, saya memutuskan berangkat. Bisa jadi sendiri bisa jadi berdua dengan Rayhan. Saya sengaja tidak segera menginformasikan pada Rayhan. Alasannya? Rayhan butuh kepastian. Tanggal. Hari. Bulan. Tahun. Jam. Naik apa. Lewat mana. Sama siapa. Dan sampai tiket di tangan, saya baru bisa memberitahu padanya.
Beberapa kali saya mengecek posisi tempat duduk kereta api melalui aplikasi. Berharap kereta akan kosong. Budget yang telah saya hitung cukup untuk naik kereta maksimal kelas bisnis. Sayangnya tak ada kereta bisnis dari Malang ke Jakarta. Seru juga merencanakan jalan jalan kelas backpacker dengan Rayhan. Kalau saya sendirian tak masalah. Kalau dengan Rayhan, saya harus mempertimbangkan kenyamanannya dan kenyamanan orang lain. Akhirnya kami pesan kereta. Pilihan jatuh pada kereta Jayabaya. Berharap gerbong difabel ikut rangkaian kereta.hari kami berangkat. Sebagai antisipasi kami milih gerbong paling belakang yang kurang diminati, berharap tidak ada orang lain yang duduk di hadapan kami. Pelayanan konsumen menyarankan saya untuk menemuinya dua jam sebelum keberangkatan. 
Sehari sebelum jadwal kami berangkat, saya mengabarkan pada Rayhan. Menunjukkan tiket kereta api padanya. Wajahnya berubah sangat binar. Rayhan langsung mengatakan pada saya tentang rencana rencananya selama ini. Mau kemana naik apa selama di Jakarta. 
Hari Kamis sepulang Rayhan sekolah, kami rapat. Saya, Rayhan dan Rayi. Kami diskusi bertiga. Menyampaikan pada Rayi kenapa saya mengajak Rayhan. Tentu Rayi agak kecewa. Tapi penjelasan tentang antrian membuatnya faham. Rayhan antrian pertama. Kenapa Rayi antrian kedua saat nanti kelas dua. Saya begitu bangga pada Rayi. Pada pengertiannya. Rasannya anak seusianya yang lain mungkin tentu akan protes atau nangis. Saya juga begitu salut pada pengertian Rayhan bahwa jika nanti jika tiba saatnya Rayi ke Jakarta, artinya Rayhan gantian ada di rumah.
Malam hari sebelum berangkat. Saya membuatkan banyak catatan perjalanan. 
1. Catatan barang bawaan Rayhan, disertai kesepakatan jumlah dan jenis juga.
2. Catatan jadwal perjalanan Jumat sampai Senin. Lengkap dengan jam, kemana, naik apa, sama siapa.

3. Sekuen beberapa hal misalnya, cara sholat jamak, cara sholat sambil duduk, cara tayamum jika tidak ada air cukup di kereta.










4. Social story beberapa kegiatan. Saat di kereta api, saat di Commuter Line, saat naik transjakarta, saat menginap di rumah teman, saat berada di Bogor. 
5. Beberapa aturan berada di tempat umum. Aturan bertamu, aturan di musium, aturan naik kereta, aturan naik ojek. 
6. Tugas dari sekolah, berkaitan dengan perjalanan dan tematik yang sedang dipelajari Rayhan.

Semua catatan saya berikan pada Rayhan. Saya memintanya membaca dengan teliti dan memberinya waktu bertanya atau berpendapat. Beberapa kali Rayhan tanya sehingga ada yang harus saya perjelas dalam catatan. Begitu dia merasa cukup. Langsung deh menyiapkan sendiri barang bawaannya. Saya tinggal cek daftar dengan barang bawaan, dan menyarankan padanya temtang susunan pengepakan dalam ransel.

-bersambung-
Tulisan berikutnya saat hari H kami mulai perjalanan tas punggung