Tuesday, March 14, 2017

Menyiapkan Perjalanan Tas Punggung ke Jabodetabek bagi Rayhan

Sebuah sms saya terima. Nomornya belum tersimpan di memori yang baru. Tapi saya hafal betul itu nomor siapa. Saya tertegun diam. Rasanya begitu rindu. Ah tapi mengapa mendadak begini undangannya. Jadwal libur suami pun belum disiapkan. Ingin datang tapi juga khawatir. Biasanya semua jadwal disiapkan akhir bulan sebelumnya. Setelah mempertimbangkan banyak hal. Akhirnya, saya memutuskan berangkat. Bisa jadi sendiri bisa jadi berdua dengan Rayhan. Saya sengaja tidak segera menginformasikan pada Rayhan. Alasannya? Rayhan butuh kepastian. Tanggal. Hari. Bulan. Tahun. Jam. Naik apa. Lewat mana. Sama siapa. Dan sampai tiket di tangan, saya baru bisa memberitahu padanya.
Beberapa kali saya mengecek posisi tempat duduk kereta api melalui aplikasi. Berharap kereta akan kosong. Budget yang telah saya hitung cukup untuk naik kereta maksimal kelas bisnis. Sayangnya tak ada kereta bisnis dari Malang ke Jakarta. Seru juga merencanakan jalan jalan kelas backpacker dengan Rayhan. Kalau saya sendirian tak masalah. Kalau dengan Rayhan, saya harus mempertimbangkan kenyamanannya dan kenyamanan orang lain. Akhirnya kami pesan kereta. Pilihan jatuh pada kereta Jayabaya. Berharap gerbong difabel ikut rangkaian kereta.hari kami berangkat. Sebagai antisipasi kami milih gerbong paling belakang yang kurang diminati, berharap tidak ada orang lain yang duduk di hadapan kami. Pelayanan konsumen menyarankan saya untuk menemuinya dua jam sebelum keberangkatan. 
Sehari sebelum jadwal kami berangkat, saya mengabarkan pada Rayhan. Menunjukkan tiket kereta api padanya. Wajahnya berubah sangat binar. Rayhan langsung mengatakan pada saya tentang rencana rencananya selama ini. Mau kemana naik apa selama di Jakarta. 
Hari Kamis sepulang Rayhan sekolah, kami rapat. Saya, Rayhan dan Rayi. Kami diskusi bertiga. Menyampaikan pada Rayi kenapa saya mengajak Rayhan. Tentu Rayi agak kecewa. Tapi penjelasan tentang antrian membuatnya faham. Rayhan antrian pertama. Kenapa Rayi antrian kedua saat nanti kelas dua. Saya begitu bangga pada Rayi. Pada pengertiannya. Rasannya anak seusianya yang lain mungkin tentu akan protes atau nangis. Saya juga begitu salut pada pengertian Rayhan bahwa jika nanti jika tiba saatnya Rayi ke Jakarta, artinya Rayhan gantian ada di rumah.
Malam hari sebelum berangkat. Saya membuatkan banyak catatan perjalanan. 
1. Catatan barang bawaan Rayhan, disertai kesepakatan jumlah dan jenis juga.
2. Catatan jadwal perjalanan Jumat sampai Senin. Lengkap dengan jam, kemana, naik apa, sama siapa.

3. Sekuen beberapa hal misalnya, cara sholat jamak, cara sholat sambil duduk, cara tayamum jika tidak ada air cukup di kereta.










4. Social story beberapa kegiatan. Saat di kereta api, saat di Commuter Line, saat naik transjakarta, saat menginap di rumah teman, saat berada di Bogor. 
5. Beberapa aturan berada di tempat umum. Aturan bertamu, aturan di musium, aturan naik kereta, aturan naik ojek. 
6. Tugas dari sekolah, berkaitan dengan perjalanan dan tematik yang sedang dipelajari Rayhan.

Semua catatan saya berikan pada Rayhan. Saya memintanya membaca dengan teliti dan memberinya waktu bertanya atau berpendapat. Beberapa kali Rayhan tanya sehingga ada yang harus saya perjelas dalam catatan. Begitu dia merasa cukup. Langsung deh menyiapkan sendiri barang bawaannya. Saya tinggal cek daftar dengan barang bawaan, dan menyarankan padanya temtang susunan pengepakan dalam ransel.

-bersambung-
Tulisan berikutnya saat hari H kami mulai perjalanan tas punggung