Thursday, July 13, 2017

Jakarta, Rayhan Datang..!!

Menyusuri rel kereta dari stasiun ke stasiun berikutnya sungguh menarik perhatian Rayhan. Sampai pagi dia tak mau tidur. Pandangannya f9kus ke luar jendela meski gelap. Telinganya waspada dengar pengumuman akan sampai di stasiun mana lima menit lagi. Begitu terus sampai kami menginjakkan kaki di stasiun Jatinegara jam dua dinihari. Mampir sejenak di rumah rekan saya dulu saat kuliah. Menumpang mandi, sholat subuh dan merebahkn diri beberapa jam.
Pagi hari Rayhan bangun duluan sekitar jam tujuh. Membangunkan saya untuk segera bersiap berkeliling Jakarta. Ya ya ya... ayuklah kita bersiap. Matanya berbinar tak sabar. Langkahnya riang melewati pedagang kaki lima sekitar jalan yang memasuki stasiun Jatinegara. Rayhan tetap bersemangat. Membaca pengumuman, dan mencoba mengecek saldo kartu Commuter Line miliknya. Kadang langkahnya terlalu cepat hibgga saya perlu beberapa kali mengingatkan untuk tunggu mama dan jangan lepas gandengan tangannya. Akhirnya kami masuk CL. Wajahnya woowww luar biasa riang. Berdiri duduk dan berdiri lagi. Menatap jendela kanan kiri. Menyebut gedung-gedung kanan kiri sepanjang dilewati CL. Sesekali Rayhan menjadi pusat perhatian karena nada bicaranya yang khas, dan pertanyaannya yang agak berbeda. Ah kami sudah biasa menjadi perhatian. Saya tetap pura-pura tak tahu kalau diperhatikan. Cukup pin di dada Rayhan menjelaskan. Autism : different not less. Mungkin lain kali akan saya buatkan pin bertuliskan ANAK GANTENG DENGAN AUTISM.
Perlahan CL memasuki area stasiun kota. Tujuan kami adalah Musium Bank Indonesia di seberang jalan sana. Sesuai permintaan dan keinginan Rayhan.
Kami masuk musium dan Rayhan nampak begitu gembira mengikuti ruang demi ruang. Dia membaca dengan teliti perkembangan bank Mandiri jaman dulu sampai sekarang. Lalu mencoba praktek menjadi teller bank di ruang tertentu. Sampai ke mesin ATM jadul yang akan dia coba masukkan kartu. Musium ini tidaklah ramai.. jadi kami leluasa dan cukup nyaman tanpa harus menjadi pusat perhatian banyak orang dengan kalimat-kalimar Rayhan yang terus menerus dan berulang.
selanjutnya Rayhan ingjn lewat monas dan melihat proyek MRT. Entah darimana dia tahu MRT. Ya baiklah.. kita akan keliling naik transjakarta. Seperti dugaanku, akan sedikit menjadi pusat perhatian dengan seringnya Rayhan bersorak dan bicara dengan topik itu-itu saja. Itu gedung bank apa.. itu jalan apa.. ini lewat mana.. tepuk tangan mama... Saya menyiapkan senyum paling manis sambil cuek pura-pura tak lihat tatapan orang lain. Kami sempat berganti bis karena Rayhan mau ke kamar mandi. Lalu saat naik lagi, saya memutuskan Rayhan untuk duduk di kursi diffable. Setidaknya mengurangi perhatian banyak orang. Meski saya cuek, kadang manusiawi saya merasa tak byaman dilihatin dengan tatapan bertanya-tanya, atau menduga-duga.
Seharian kami keliling kesana kemari dengan CL, transjakarta, CL lagi dan transjakarta lagi. Memuaskan keingintahuan Rayhan pada kota Jakarta. Membiarkannya merekan dengan video banyak gedung-gedung yang dilalui.
Sore harinya, kami menuju ke Tangerang. Ke rumah budhenya Rayhan. Hari ini setidaknya cukup lancar. Jadwal perjalanan sangat membantu saya. Rayhan tidak banyak bertanya mau kemana naik apa sama siapa dan pertanyaan lainnya.

-bersambung Petualangan di Tangerang-



Tuesday, March 14, 2017

Menyiapkan Perjalanan Tas Punggung ke Jabodetabek bagi Rayhan

Sebuah sms saya terima. Nomornya belum tersimpan di memori yang baru. Tapi saya hafal betul itu nomor siapa. Saya tertegun diam. Rasanya begitu rindu. Ah tapi mengapa mendadak begini undangannya. Jadwal libur suami pun belum disiapkan. Ingin datang tapi juga khawatir. Biasanya semua jadwal disiapkan akhir bulan sebelumnya. Setelah mempertimbangkan banyak hal. Akhirnya, saya memutuskan berangkat. Bisa jadi sendiri bisa jadi berdua dengan Rayhan. Saya sengaja tidak segera menginformasikan pada Rayhan. Alasannya? Rayhan butuh kepastian. Tanggal. Hari. Bulan. Tahun. Jam. Naik apa. Lewat mana. Sama siapa. Dan sampai tiket di tangan, saya baru bisa memberitahu padanya.
Beberapa kali saya mengecek posisi tempat duduk kereta api melalui aplikasi. Berharap kereta akan kosong. Budget yang telah saya hitung cukup untuk naik kereta maksimal kelas bisnis. Sayangnya tak ada kereta bisnis dari Malang ke Jakarta. Seru juga merencanakan jalan jalan kelas backpacker dengan Rayhan. Kalau saya sendirian tak masalah. Kalau dengan Rayhan, saya harus mempertimbangkan kenyamanannya dan kenyamanan orang lain. Akhirnya kami pesan kereta. Pilihan jatuh pada kereta Jayabaya. Berharap gerbong difabel ikut rangkaian kereta.hari kami berangkat. Sebagai antisipasi kami milih gerbong paling belakang yang kurang diminati, berharap tidak ada orang lain yang duduk di hadapan kami. Pelayanan konsumen menyarankan saya untuk menemuinya dua jam sebelum keberangkatan. 
Sehari sebelum jadwal kami berangkat, saya mengabarkan pada Rayhan. Menunjukkan tiket kereta api padanya. Wajahnya berubah sangat binar. Rayhan langsung mengatakan pada saya tentang rencana rencananya selama ini. Mau kemana naik apa selama di Jakarta. 
Hari Kamis sepulang Rayhan sekolah, kami rapat. Saya, Rayhan dan Rayi. Kami diskusi bertiga. Menyampaikan pada Rayi kenapa saya mengajak Rayhan. Tentu Rayi agak kecewa. Tapi penjelasan tentang antrian membuatnya faham. Rayhan antrian pertama. Kenapa Rayi antrian kedua saat nanti kelas dua. Saya begitu bangga pada Rayi. Pada pengertiannya. Rasannya anak seusianya yang lain mungkin tentu akan protes atau nangis. Saya juga begitu salut pada pengertian Rayhan bahwa jika nanti jika tiba saatnya Rayi ke Jakarta, artinya Rayhan gantian ada di rumah.
Malam hari sebelum berangkat. Saya membuatkan banyak catatan perjalanan. 
1. Catatan barang bawaan Rayhan, disertai kesepakatan jumlah dan jenis juga.
2. Catatan jadwal perjalanan Jumat sampai Senin. Lengkap dengan jam, kemana, naik apa, sama siapa.

3. Sekuen beberapa hal misalnya, cara sholat jamak, cara sholat sambil duduk, cara tayamum jika tidak ada air cukup di kereta.










4. Social story beberapa kegiatan. Saat di kereta api, saat di Commuter Line, saat naik transjakarta, saat menginap di rumah teman, saat berada di Bogor. 
5. Beberapa aturan berada di tempat umum. Aturan bertamu, aturan di musium, aturan naik kereta, aturan naik ojek. 
6. Tugas dari sekolah, berkaitan dengan perjalanan dan tematik yang sedang dipelajari Rayhan.

Semua catatan saya berikan pada Rayhan. Saya memintanya membaca dengan teliti dan memberinya waktu bertanya atau berpendapat. Beberapa kali Rayhan tanya sehingga ada yang harus saya perjelas dalam catatan. Begitu dia merasa cukup. Langsung deh menyiapkan sendiri barang bawaannya. Saya tinggal cek daftar dengan barang bawaan, dan menyarankan padanya temtang susunan pengepakan dalam ransel.

-bersambung-
Tulisan berikutnya saat hari H kami mulai perjalanan tas punggung

Sunday, October 2, 2016

Nihan, (Jangan) Lupa untuk Bahagia

Saya pingin nonton KLa (akhir Agustus 2016)

Sudah, begitu saja saat baca Kla mau konser di Malang. Harus disiapkan bener-bener nih.. mulai mengajukan cuti libur kerja suami saya, memaksakan nyisihkan uang, dan menyiapkan anak-anak nantinya. Semuanya tertulis rapi di pikiran dan memori saya. Cuti libur di ACC, lalu kami hitung-hitung budget... hihihi... mau beli tiket festival seharga 150ribu saja mikirnya lamaaaa banget. Akhirnya, ahhh... kalo gak buruan beli bakalan batal lagi ini nanti. Beli !!! tiket di tangan. Lalu kami memikirkan bagaimana menyiapkan anak-anak. Mulai cari relawan buat nemenin Rayhan Raka dan Rayi. Butuh tiga relawan. Akhirnya juga dapat tiga relawan yang bersedia. 
Sekarang persiapan mental. Mental? Iya mental. Saya sudah lamaaaa gak dengerin lagu-lagu KLa. terakhir sekitar tahun 2008-2010... Bertarti sekitar enam tahunan. Meski beberapa lagu sudah punya perpustakaan di otak saya, tinggal panggil dan keluar sendiri. Lagu-lagu Kla... bikin perasaan saya bergetar, mulut saya terdiam, dan reflek air mata akan mengalir.
Tahun 2008... sekitar bulan Juli-Agustus. Saat pulang dari dokter anak. Langit tiba-tiba hening dan senyap. Udara menusuk tulang. Aku pakai baju warna merah memeluk Rayhan di boncengan motor. Di sekitar Jl. Ijen, tetes air jatuh dari langit.. gerimis. Dan aku menangis sepanjang jalan. Kami hanya diam. Sejak saat itu, lagu gerimis hampir selalu menemani tangisku. Serasa liriknya pas.. di musim kemarau, yang tiba-tiba berganti penghujan. Tiba-tiba kami serasa diterpa badai dengan diagnosa autism pada Rayhan. 
Sejak itu, sampai sekarang... kata-kata BADAI, GERIMIS, LARA, SARA, NELANGSA, MEMBEKU, TERPURUK, SEMBUNYI, TAK TERKIRA, KEMBALI... selalu menggetarkan kembali rasa trauma awal diagnosa itu.

ah ya wis... sekarang waktunya kami akan nge date.. kencan, Selama ini hampir seumur pernikahan kami hanya sekali ngedate nonton MEMOAR of GEISHA di bioskop. Itupun sebelum Rayhan lahir. Saya bertekad menjadikan nonton KLa ini sebagai suatu stasiun kenangan yang istimewa. Stasiun kenangan tempat kami berhenti sejenak menikmati perjalanan. Saya pun kemudian kepikiran pingin kirim email ke pihak manajemen, untuk bisa menemui dan berfoto di hari konser. Tanpa berharap banyak, karena saya yakin pasti mereka sibuk banget. Email dibalas bahwa akan di rapatkan dulu dengan tim. Ah... ya sudah, jawaban ini membuat saya semakin tidak berharap. Bisa nonton berdua saja sudah luar biasa bagi kami. Persiapannya sebulan, persiapan social story buat anak-anak bisa seminggu, persiapan jaga makanan supaya gak tantrum dua mingguan. Jadi, tanpa foto atau tidak, saya bertekad menjadikannya spesial.

H-1 jam 19.46. Saya terima sms dari Road Manager Kla, kami dihubungi bahwa permintaan foto diterima. Langsung nangis. -Saya yang katanya wonder woman, spiderwoman, superwoman..- iya, saya nangis. Masak ini iya. Masih saja gak percaya. Saya masih berkata gak berharap banyak, karena bisa saja besok gak jadi, karena kesibukan mereka menyiapkan konser. 

Hari H, 28 September 2016. Hujan deras jam 2 sampai jam 4 sore. Rasanya deg-degan sampai kami berangkat menjelang maghrib. Mampir sholat maghrib di masjid dekat lokasi konser. Sampai di lokasi sekitar jam 18.15... Kaget, ngantri masuk sudah panjaaang... Waktu berjalan setengah lambat sampai kami bisa bertemu KLa. Di ruangan sekitar 6x8m2, hanya ada KLa, dan kami berdua. Saya diam tidak banyak bicara. Saya merasa saya begitu kaku tidak tahu apa yang harus dilakukan selain menyalami dan menyapa. Lilo tanya kenapa suami pakai kaos bertema AUTISM, dan kami sedikit cerita bahwa kami punya dua anak autism, dan ini pertama kali selama 11 tahun ngedate nonton musik. Pertama kali meninggalkan urusan anak-anak berdua selama lebih dari 2 jam. Biasanya selalu bergantian. Selesai bertemu... kami berfoto dan ijin untuk minta tandatangan.
Lalu kami kembali masuk ke ballroom tempat konser. Sudah ada GIGI perform disana. Tak lama, GIGI menyanyikan lagu terakhir dan berganti KLa. Lagu pertama, lagu kedua...
Saat itu, saat itulah... saya merasa saya tidak ada di sana. Saya menyadari, hey... selama ini saya tidak memikirkan diri sendiri. Sejak ada Rayhan, sampai adik kembarnya lahir, sampai sekarang, dimanapun saya selalu mikir anak-anak. Mau tidur malam pun saya menunggu sampai anak-anak tidur, sambil was-was akankah tantrum malam ini, akankah melekan, akankah marah. Jika sudah tidur, saya mikir, akankah nanti bangun tengah malam, akankah bangunnya kepagian besok pagi?
Saat mereka sekolah, saat di rumah, saat naik motor... Heii... !!! Kenapa aku gak bisa menikmati konser ini. Meski aku terus mengikuti lirik lagu, pikiranku tidak disini. Dan di sela-sela untaian lagu, beberapa kali air mataku menetes. Di sela-sela tiupan terompet dan saxophone, justru itu bikin hati saya ingat suasana malam itu, yang gelap, dingin, gerimis. 

Pulang dari konser, sampai rumah... saya terduduk di dapur sambil kami berdua makan (sesorean belum makan). Adakah benar angan kami terlalu tinggi terbang. Mungkinkah iya murung ini tak terbendung selamanya? Sampai lelap saya masih mikir... sudah sejauh ini saya tidak menyerah. Padahal berulangkali rasanya ingin terjatuh dan menyerah, tapi tubuh ini tidak mau berhenti. Sampai sel paling kecil tubuh ini memaksa ingin terus. Berulang kali rasanya ingin mengembalikan titipan ini padaNya dan bilang aku tak sanggup.

Benarkah aku sudah lupa bahagia itu bagaimana?
Jangan-jangan tertawaku, senyumku, semangatku... semuanya ternyata hanya menjadi tempatku bersembunyi dari ketidak bahagiaanku?
Apakah bahagia itu bagiku?
Jangan-jangan... tiap hari semua fikiran, hati, lelahku... semua hanya untuk anak-anak saja, hingga aku benar-benar lupa apa yang pantas buatku?
Sudah lima hari sejak konser itu, dan setiap kali lihat foto bareng KLa... saya ingatkan diri saya untuk bahagia. Meski tetap saja air mata sering tak terbendung. (Kenapa tangis ini tak berhenti meski Rayhan sudah berusai 9 tahun)


Dear KLa... terimakasih sudah menjadi stasiun kenangan indah bagi kami malam itu. Terimakasih menyadarkanku betapa saya berhak bahagia. Kami berjanji akan nonton lagi tahun depan. Dan saya berjanji, hari ini sampai saat itu nanti, saya tidak akan lupa untuk bahagia.



Sunday, August 21, 2016

Petualangan Rayhan di Stadion Kanjuruhan

20 Agustus 2016, jam 13.00 WIB (Kab.Malang)

Pulang sekolah, belum sempat saya membuka gembok pagar, Rayhan sudah melepas bajunya. Menjumput dengan ujung jarinya. Baju beskap dilepas dan kini dia hanya memakai kaos dalam dan celana. Rayhan hari ini bertugas memakai baju adat Sumatera Selatan. 'Bertugas", demikian saya menyebutnya, menjelaskan padanya apa dan kenapa hari ini tidak pakai baju seragam sekolah seperti biasanya.
"Nanti malam ada Arema di SCTV".. ucap Rayhan memberi berita, artinya nanti malam dia akan nonton pertandingan.
Arema Vs Borneo, lanjutnya memberi keterangan.

Kami masuk dan ngobrol singkat tentang Jadwal Arema main lawan Borneo. Ah tiba tiba saja merasa ini waktu yang tepat mengajak Rayhan nonton pertandingan langsung ke stadion. Mengingat pertandingan pada hari Sabtu, dan lawan main dari luar pulau. Rayhan bisa istirahat di hari Minggu dan penonton pun perkiraan kami tidaklah terlalu penuh. Terakhir, cek saldo di dompet hehehe...mengingat ini akhir bulan, sepertinya hanya cukup untuk kelas ekonomi. Juga alasan bahwa kami belum tahu apakah Rayhan akan bertahan didalam stadion selama 15 menit, 30 menit,atau sampai akhir sesi pertandingan. 

Setelah menyiapkan kedua adiknya pada orang yang kami percaya,kami berangkat naik motor. Ke kantor Arema dulu, beli tiket, lalu langsung menuju stadion. Perjalanan dari rumah sekitar 60-90 menit untuk sampai stadion. Cukup jauh dan pegal juga. Kami sempat berhenti dua kali karena Rayhan pingin ke toilet.

Kami akhirnya sampai di stadion sekitar jam 17.00 WIB. Lalu mengajaknya berkeliling mengobservasi lingkungan. Memastikan lingkungan aman buatnya dan dia merasa yakin. Beberapa kali dia menanyakan tentang petasan dan kami menjelaskan bahwa di stadion dilarang menyalakan petasan, dan banyak polisi yang menjaga dan memeriksa barang bawaan, jadi aman dari petasan. Kami juga menjelaskan, bahwa nanti akan ada bunyi terompet dan drum dari suporter Aremania, suaranya seperti drumband di sekolah. Rayhan mengangguk.

Kami masuk dari pintu entah yang mana, pokoknya masuk saja... lalu mencari tempat duduk yang nampak pas mata memandang ke lapangan, tidak terlalu dekat dengan Aremania yang bawa drum dan terlalu penuh. Jadi masih cukup nyaman untuk sekedar Rayhan sedikit berjalan-jalan jika bosan, dan cukup dekat dengan tangga keluar sekaligus toilet (toilet ada di bawah tangga keluar). 
aahh.. rasanya senang lihat Rayhan begitu bergembira. Meski kami juga sedikit deg-degan dengan apa yang akan terjadi pada Rayhan dan pada pertandingan ini nanti. Kami sempat berpindah duduk dengan hampirmemutari stadion, karena beberapa orang di belakang kami, beberapa kali berkata agak kasar meski bermaksud bercanda dengan temannya,

Pertandingan segera dimulai, suara mikrofon menyebut pemain Arema yang akan turun, Rayhan menyambut dengan ikut menjawab nama beberapa pemain dan nomor punggung yang dikenalnya. Rayhan mengikuti arahan tangan suporter. Saat mengangkat syal, dia melakukan hal yang sama. Begitupun saat mengangkat tangan, bertepuk tangan. 
Sejak awal, saya wanti-wanti padanya untuk tidak berteriak kalau Borneo gol, karena kita pendukung Arema. Jika Arema gol, Rayhan boleh berteriak hore. Kadang dia gak begitu memperhatikan mana dan siapa yang gol, begitu bola masuk gawang udah teriak saja... (padahal mama yang takut kita diomelin kanan kiri karena dukung lawan).

Tiga puluh menit berjalan, Rayhan cukup nyaman. Beberapa kali mata dan telinganya waspada dengan jenis suara terompet yang berbeda dan suaranya mirip luncuran kembang api ke angkasa. Kami memastikan dan menunjukkan padanya bahwa itu bukan kembang api atau petasan. Kadang spontan tangannya menutup telinga dan memejamkan mata. Lalu kembali seperti biasa jika dia rasa aman.

Babak kedua dimulai dan Arema mencetak gol, Rayhan bersorak, melompat, mengibarkan syalnya ke udara. Hehehe.. rasanya kami seperti lebih antusias nonton Rayhan sepanjang pertandingan. Lima menit menjelang akhir pertandingan, kami keluar stadion lebih dahulu, sebagai antisipasi supaya tidak terlalu berdesakan. Malam itu, Rayhan nampak suka dan bergembira sekali. Nanti kapan-kapan kita nonton lagi ya... kita berpetualang lagi di tempat-tempat keramaian yang lainnya... 

Wednesday, August 10, 2016

Rayhan dan AREMA (Selamat Ulang Tahun Arema, Salam Satu Jiwa)

Lamaaa gak nulis di blog, sekitar tiga tahun sejak postingan terakhir. Pagi ini,sebuah berita membuatku tergerak untuk menulis kembali. Berita dari seorang kawan, bahwa video Rayhan diputar di depan aremania di depan balaikota Malang. Betapa tidak bikin saya meleleh sepanjang perjalanan, dan tiba tiba banyak baliho sepanjang jalan menjadi hiasan paling indah buat saya. 
kok bisa? 

Semua berawal dari Rayhan enam tahun lalu, yang mulai mengenal sepakbola, mengenal klub arema. Lalu minta dibelikan baju bola. Siapa sangka, Rayhan cinta mati dengan kostum bola Arema. seharian penuh dia pakai.Saat sekolah pun dia pakai,seragamnya dipakai di luar dan baju arema di bagian dalam, cuci kering pakai selalu baju arema. Kecintaannya berlanjut sampai saat ini. Setiap Arema bertanding, Rayhan duduk manis di depan TV. Sampai malampun dia tetap menunggu. Bahkan kadang dia tertidur dengan memeluk syal arema dan TV masih menyiarkan pertandingan. 

Suatu hari, saya mengunggah foto Rayhan saat tertidur nonton pertandingan di TV ke akun media sosial. Ternyata berita itu sampai pada seorang teman yang menyampaikan ke pihak manajemen Arema. Kami pun ditelpon untuk diundang bertemu pemain saat berlatih. Saya merasa ini mungkin PHP, atau bisa jadi akan batal mengingat jadwal pemain tentu sangat sibuk. Saya diam tanpa bercerita pada Rayhan karena pasti dia akan kecewa jika ditunda atau batal.Ternyata tidak... ternyata ini beneran. Sebuah mobil arema berhenti di depan rumah. Sejak jam 15 Rayhan sudah bersiap.  ah rasanya seperti artis aja si Rayhan... dijemput, disambut, disalami,diajak berlatih menendang bola, dan foto bersama pemain. Saya sungguh tidak menyangka para pemain baik baik banget, sangat tidak menyangka manajemen mengapresiasi kecintaan Rayhan pada Arema. 

Belum cukup sampai disitu, kami dikabari tentang video Rayhan yang dibuat oleh Arema TV dan diunggahke youtube. Nonton videonya berpuluh kali,dan berpuluh kali pula kami menangis haru dan bahagia.dan hari ini kembali terharu dan bersemangat saat mendapat info mengenai video tersebut yang diputar pada acara launching AremaTV dan ulang tahun Arema, didepan ratusan orang... bayangin bahwa itu Rayhan anak kami. Rayhan yang dulu sering dicibir karena tak kunjung bicara verbal di usia 3 tahun, Rayhan yang orang mengolok anak nakal tak bisa duduk sama sekali, yang orang enggan jika Rayhan main ke rumahnya karena akan keluar masuk dan membuka banyak benda. Heyy...itu Rayhan, yang diterima dengan baik oleh Arema dan Aremania. itu Rayhan yang bersemangat berlari mencetak gol di lapangan.

Itu Rayhan, yang menganggkat tangan ke udara dan mengepalkannya ke langit.

Thankyou Arema, Rayhan loves you. Arema is not justa football.. 
Happy birthday to AREMA.

Saturday, September 13, 2014

Membaca, Menulis dan Berhitung

Usia 6 bulan, Rayhan sudah mulai belajar dengan metode Glenn Dowmann. Waktu itu saya belum tahu bahwa Rayhan autis. Eksresinya normal normal saja, kecuali pola tidurnya yang kadang masih terlalu larut malam untuk seumurnya. Tidurnyapun tak bisa nyenyak, ada suara sedikt saja dia akan terbangun dan marah-marah.

Usia 15 bulan, Rayhan suka bila saya menuliskan alfabet secara berurut di selembar kertas, atau di buku yang biasa digunakan untuk coret coret. Yang berbeda adalah, saya bisa berpuluh-puluh menit menulis A sampai Z sambil menyebut hurufnya. Dalam sekali waktu bisa berpuluh set alfabet saya tuliskan berulang, dan Rayhan minta menuliskan lagi dan lagi. Kalau berhenti dia akan marah dan merajuk.

Usia 18 bulan, belum sepatah katapun Rayhan mampu ucapkan. Rayhan didiagnosa autis oleh dokter.

Usia 24 bulan, perkembangan komunikasi stagnan. Tidak berkembang sama sekali. Tak ada ngoceh kecuali bahasa planet yang kadang keluar, kecuali lengkingan aneh mirip suara lumba-lumba. Meski begitu, semangat belajar angka dan huruf masih terus berlanjut. Sampai saya menghiasi dinding rumah dengan banyak sekali huruf dan angka. Saya membuatnya dari kertas warna mengkilap (lembaran iklan di majalah), menggunting dan menempelkannya berurutan di dinding. Keinginan menulis alfabet di kertas mulai berkurang. Tapi tetap saja Rayhan menyukai segala benda yang ada huruf dan angka berbaris. Tayangan tulisan bergerak di akhir film, iklan di koran, newsletter di berita TV.

Usia 36 bulan, Rayhan mulai verbal, meskipun belum genap sepuluh kata yang dia ucapkan, dengan ucapan yang belum sempurna. Dua minggu sejak dia mulai verbal, langsung hafal huruf A sampai Z, baik secara berurutan ataupun acak. Proses ini agak lama, meski sudah bisa menunjuk huruf yang disebutkan, tapi mengucapkannya beberapa huruf masih harus diperbaiki, mengingat verbalnya baru bisa. Jadi, saya mengawali dengan imitasi benda berawalan huruf m, b, dan p (misalnya mama, papa, pipi, bibi, babi, mata, dsb), jika sudah bagus dilanjutkan dengan konsonan yang lain. Empat minggu berikutnya dia bisa membaca dengan baik kata-kata yang biasa saya ejakan hurufnya (waktu itu saya mengiranya karena dia hafal). Sebulan berikutnya, Rayhan mulai belajar membaca secara terstruktur. Saya tetap memilih metode konvensional untuk mengajarinya.

Tahapan-tahapan yang pernah saya lakukan antara lain:
1. Setelah hafal huruf, berlanjut pada tulisan ba, bi, bu, be, bo (menyebut secara berurut lalu acak, sesudah hafal acak, menyebut dua suku kata berurutan misalnya baba, bibi, bubu, bebe, bobo, dilanjutkan dengan suku kata berbeda bebi, babi, biba, buba dst). Penguatan di awal ini sangat berpengaruh. perlu waktu untuk memahamkan konsep awal. Saya menggunakan tulisan di buku, kartu baca, papan tulis, dan terakhir dengan metode lisan/khayalan, dengan cara mengeja hurufnya dan memintanya membaca tanpa ada tulisan atau huruf visual, hanya audio saja.
2. Berlanjut pada konsonan ca, ci, cu, ce, co dengan pemahaman urutan konsep yang sama dengan tahap sebelumnya. Metodenya juga sama, kartu, tulisan, papan tulis, dan dikuatkan dengan bacaan lisan/hayalan.
3. Penguatan yang sudah dipelajari sebelumnya dengan menggabungkan dua suku kata B dan C misalnya baca, beca, cabe, bica.
4. Dilanjutkan konsonan berikutnya. Bila bertambah banyak mulai diberikan kata-kata yang tidak abstrak, melainkan kata-kata yang sudah dikenal bendanya dengan baik. Misalnya: buku, mama, papa, raka, rayi, kuku, labu, dll.
5. Pada tahap mulai memahami konsep saat cacicuceco, mulai diajarkan menulis, dimulai dengan tahapan garis lurus horisontal, vertikal, miring, dan lengkung, lingkaran, segitiga, segiempat. Di awal dengan bantuan dot to dot (garis putus-putus), lalu selanjtunya tanpa bantuan dot to dot.
6. Proses menulis ini sangat membantu memori, karena anak tidak hanya belajar dari apa yang didengar, tapi juga yang dilihat, dan dilakukan oleh tangannya. Jadi harus disesuaikan dengan kemampuan membaca yang sudah dikuasai. Misalnya pada tahap awal huruf vokal a, i, u, e, o. Lalu alfabet A sampai Z, lalu ba bi bu be bo (satu suku kata dilanjutkan dua suku kata), dan seterusnya.
7. Proses setiap anak tidak sama, tiak bisa ditentukan oleh usia, melainkan oleh kemampuannya.
8. Di sela-sela tahapan ini, bisa diselingi dengan kemampuan berhitung, dimulai dengan konsep angka 1 sampai 5, lalu dilanjutkan sampai 10. Dengan cara yang sama, bisa dengan kartu dan tulisan, lalu dengan kemampuan lisan. Juga sekaligus dengan kemampuan menulis, dan berhitung himpunan.
9. Proses dikte kata-kata yang sudah dikuasai sangat membantu, juga dikte huruf dan angka.
10.Untuk beberapa anak yang kesulitan verbal, tidak menutup kemungkinan tetap bisa diajarkan membaca, menulis dan berhitung. Membacanya bisa dengan melabel atau menunjuk. Menulisnya bisa dikembangkan lebih banyak.

Ini pengalaman saya lho... bisa jadi setiap anak cocok dengan metode yang berbeda. Sayapun bukan ahli bahasa dan ahli pendidikan. Ilmu yang saya pelajari di kuliah jauh dari ilmu pendidikan, psikologi, ataupun ilmu anak, saya belajar peternakan. Tapi sungguh, pengalaman menjadi guru yang sangat berharga bagi saya. Saya harus banyak berterimakasih pada Allah karena menitipkan Rayhan sebagai sumber ilmu saya.

Saturday, June 28, 2014

Kenapa saya ngotot supaya Rayhan bisa naik sepeda?

Mungkin yang saya lakukan tidak benar. Tapi saya sungguh tidak memaksanya. Hanya menghimbau, dan mengajaknya saja, memotivasi supaya Rayhan BISA naik sepeda. Tanpa peduli dia suka naik sepeda, yang penting Rayhan tidak terpaksa melakukannya.
Sepeda merah ukuran kecil ini sudah dimilikinya sejak usia tiga tahun. Roda dua dengan dua roda kecil tambahan di bagian belakangnya. Sebelumnya, Rayhan memiliki sepeda roda tiga. Tentu lebih mudah baginya naik sepeda yang sudah seimbang dan tidak perlu repot menyeimbangkan diri. Hanya perlu kayuhan kaki dan liukan tangan menyetir kanan-kiri. Ternyata, tidak selalu begitu. Otot-otot kaki Rayhan tidak sekuat yang saya kira. Dia lebih suka naik sepeda dengan mengayuh pelan dan ogah-ogahan. Sampai saya harus memancingnya dengan berdiri di jarak tertentu, sambil membentangkan pita garis finish, dan membawa piala.
Satu... dua... tiga... goooo... !! kayuh.. kayuh... kayuh.. (rasanya seperti menunggu siput berjalan pelan)... di garis finish pun saya harus menyorakinya sebagai juara dan menyerahkan piala kejuaraan.
Ah.. raut muka Rayhan biasa saja. Tidak terlalu excited.. Nggak lebay... dengan keberhasilannya mencapai garis finish.
Semakin hari.. kayuhannya juga masih begitu saja.. nggak greget (memang bukan tukang becak mama... !!). Sampai saya semakin merasa, begitu banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah sepeda roda dua. KESEIMBANGAN, KEKUATAN, dan KONSENTRASI. Maka... saya bertekad, Rayhan harus bisa naik sepeda roda dua, bukan roda tiga atau roda empat.
Dibantu seorang terapis yang biasa datang ke rumah untuk Rayhan. Maka, saya bicarakan bahwa sebulan ini, tidak ada kelas dalam ruangan bagi Rayhan. Bulan ini, Rayhan full belajar di luar kelas, yaitu naik sepeda.

Latihan hari I.
Rayhan mengayuh dengan ogah-ogahan, meskipun dia suka karena diajak ke lapangan masjid untuk belajar sepeda. Bu guru masih memegangi sadel belakang supaya seimbang. Apa yang terjadi? Rayhan seribg menoleh ke belakang, kadang di sela kayuhannya tiba-tiba berhenti dan menggaruk beralasan gatal di kaki, di punggung.. di tangan.. gatal semua... 

Latihan hari II.
Bagian menggaruk dan menoleh kanan kiri belakang masih berlanjut. Tapi Rayhan mulai bisa menguasai kayuhan kakinya. Apa lagi yang terjadi? Dia suka ketawa ketawa dan ketawa.. yang membuatnya oleng kanan kiri.

Latihan hari IV
Kami berfikir keras supaya Rayhan bisa mengayuh lebih cepat, karena dengan begitu keseimbangan sepeda lebih bertahan lama. DIDORONG sedikit saat mengayuh. Apa yang terjadi? Saat di dorong, sontak Rayhan langsung berhenti dengan menurunkan kakinya.

Latihan hari V
Latihan berikutnya kami terpaksa menggunakan jurus rahasia. Hadiah beli minuman dengan syarat Rayhan bisa mengayuh sampai lima hitungan. Pada awalnya masih dipegangi, lalu sepedanya agak didorong dan Rayhan harus mempertahankan laju sepeda dengan mengayuh sampai lima hitungan. Kami meminta Rayhan menghitung setiap kayuhan kakinya.. AHA... Berhasil... !! Kami bersorak gembira... tapi tetap saja Rayhan biasa saja, bersikap cool dan senang secukupnya saja.
Latihan berikutnya, kami menambah jumlah hitungan kayuhan kaki Rayhan, jadi sepuluh hitungan, lima belas, dua puluh dan sampai tigapuluh. BERHASIL. Meskipun di awal naik, kami masih harus memegangi dna mendorongnya sedikit. Berikutnya kami masih harus melatihnya mengendalikan setir, dan memulai kayuhan awal bersepeda.