Mungkin lebay... cuma lulus TK saja apa hebatnya.
Rayhan hebat. Memang hebat. Saya saja sering mengeluh capek, padahal bukan saya yang sekolah. Saya ibunya hanya menjadi tukang antar jemput.
Bisa jadi kelulusan Rayhan sebanding lulusnya mahasiswa. Jika ada timbangan yang mengukurnya. Sekali lagi bukan lebay... tapi memang demikian. Saat awal masuk Kelompok Bermain, saya harus berkeliling dari satu sekolah ke sekolah yang lain.. dan ditolak. Padahal, saya yakin bahwa meskipun Rayhan autis, dia siap untuk masuk sekolah umum. Sampai akhirnya saya menemukan sekolah yang bersedia memberi kesempatan, di TK Assalam Tlogomas.

Sesampai di sekolah, saya hanya perlu mengantarnya sampai pagar, melambaikan tangan dan berlalu. Kadang saya berhenti sejenak, memperhatikan punggungnya berjalan masuk pintu utama sekolah, meletakkan helm di rak, dan melepaskan sepatu. Selebihnya saya tidak pernah mengikutinya belajar di dalam kelas. Melainkan hanya bertanya pada gurunya saat menjemput.
Pulang sekolah, biasanya Rayhan minta beli sesuatu untuk dibawa pulang, dan selalu berupa makanan atau minuman. Setelah itu pulang, dan tidak lagi minta beli apapun sampai besoknya. PR dan tugas sekolah dikerjakan siang hari setelah makan siang ataupun sore hari sehabis mandi. Selebihnya, saya membiarkannya bermain, atau menemaninya. Lego, komputer, mobil-mobilan, masak-masakan, main bola, menyiram tanaman, sholat, merapikan mainan dan kegiatan lain... semua adalah sekolahnya Rayhan di rumah. Sampai jam delapan atau sembilan malam waktunya tidur. Dan ia kembali menanyakan, "Besok Sekolah?". Begitu hampir setiap hari pola hidup Rayhan.
Lulus dari TK tentunya membahagiakan baginya. Sudah terbayang di binar matanya bahwa ia akan masuk SD dan memakai seragam putih merah. Hari ini dia diwisuda. Dengan gagah dan tersenyum dia mengantri di barisan paling belakang untuk naik podium. Tidak ada yang mendampinginya, karena dia mampu untuk mandiri. Berjalan menuju ibu Kepala Sekolah, menyalami dan berfoto dengannya. Dia tersenyum saat difoto, dan seperti biasa, memberi aba-aba yang seharusnya dilakukan fotografer.. SATU.. DUA.. TIGAAAA... --ahh.. semoga hasil fotonya tidak saat menyebut huruf AAA di angka TIGAAA... alias mangap--
No comments:
Post a Comment