Tuesday, November 12, 2013

Report survey SD inklusi Bag I

Semoga share tentang hasil survey saya ke beberapa sekolah inklusi di Malang bisa memberikan informasi bagi orangtua yang membutuhkan..
Hari itu, saya meluncur ke lokasi tujuan pertama dan utama. Sebelumnya saya sudah mencari informasi tentang sekolah dasar mana saja yang bisa menerima ABK. Saya mengutamakan SD Negeri dulu dibandingkan SD Swasta.
Informasi berharga yang saya dapatkan saat survei adalah, program dari Pemkot Malang agar semua sekolah bisa menerima ABK di sekolah manapun di lingkungan Kota Malang.

1. SD Sumbersari I
MEnurut beberapa informasi, SD Sumbersari I sudah lama dan berpengalaman dalam penanganan siswa ABK. Saya bertemu dengan ibu Kepala Sekolah langsung, yang saat saya kesana beliau sedang di ruangan kerjanya, membaca Al-Qur'an dengan suara lirih. Saya sampaikan maksud saya, untuk mencari informasi tentang SD Inklusi. Beliau menjelaskan pada saya tentang SD Inklusi. Lalu bertanya dimana tempat tinggal kami. Saat saya sebutkan kami tinggal di Sengkaling, beliau menyarankan untuk mencari sekolah yang jaraknya lebih dekat dengan rumah kami. Beliau juga yang menjelaskan tentang program dari Diknas, bahwa di Kota Malang, semua sekolah wajib memfasilitasi ABK yang mendaftar sekolah. Tentu saja dengan pertimbangan kuota dalam kelas supaya tidak terlalu banyak, dan disesuaikan dengan kemampuan Guru Pendamping Khusus yang ada di sekolah. Sayang sekali saat itu saya tidak sempat bertanya tentang kemajuan ABK yang sudah ada, sistem pengajaran, dan fasilitas yang tersedia.

2. SD Sumbersari III.
Saat saya berkunjung kesana, Kepala Sekolah kebetulan sedang tidak ada di tempat, maka saya diterima bagian TU yang kebetulan berada satu ruang dengan Kepala Sekolah. Sama seperti sekolah lainnya. SD Sumbersari III menerapkan jumlah kuota ABK dalam satu kelas, disesuaikan kemampuan guru kelas. Sayangnya, saat ini tahun 2013 Guru Pendamping Khusus tidak ada yang bisa membantu. Sistem pengajaran siswa ABK dicampur dengan siswa reguler, tetapi target dan kurikulum disesuaikan dengan hasil asesmen dan kemampuan siswa. Meskipun saya tidak bisa bertemu dengan Kepala Sekolah, tapi saya diterima dengan baik dan dijelaskan semua pertanyaan saya oleh bagian TU.

3. SD Ketawang Gedhe 1
Saat saya berkunjung, Kepala Sekolah sedang ada pertemuan, jadi saya dipertemukan dengan salah satu guru yang merupakan wali kelas 1. Saya disambut dengan baik saat saya sampaikan tujuan saya kesana. Bahkan, saya dikenalkan dengan salah satu siswa yang masuk katgori kurang konsentrasi. Lalu saya disarankan menemui guru lain di ruang perpustakaan, yang terbiasa menangani siswa ABK. Guru Pendamping Khusus (GPK)kah? Bukan. Ternyata di SD Ketawang Gedhe ini saat ini juga sedang tidak memiliki GPK, tetapi ada satu guru yang ditugaskan menangani ABK secara khusus. ABK secara bergiliran 2 x seminggu belajar secara terpisah di ruang khusus. Kelas kecil ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa. Selebihnya siswa belajar di kelas masing-masing. Sarana-prasarana pendukung ada beberapa mainan edukatif dalam ruangan itu.

4. SD Merjosari
Saya lupa, SD MErjosari 1 atau 2 yang saya kunjungi. Karena dua sekolah ini tempatnya berhadapan. Saya diterima oleh seorang guru di ruangan kantor. Dijelaskan tentang ABK yang sistem belajarnya sepenuhnya digabung dengan siswa reguler. Beliau menyarankan saya, untuk mencari sekolah dengan jumlah murid dalam kelas lebih sedikit, karena jika siswa terlalu banyak, maka kemampuan konsentrasi ABK biasanya terganggu. Saya harus berterimakasih pada ibu guru ini, karena diingatkan akan hal tersebut. Padahal sebelumnya saya tidak begitu mempertimbangkan jumlah siswa dalam kelas. Di sekolah ini saat ini ada beberapa siswa ABK. Sayangnya, lagi-lagi GPK tidak ada. Padahal adanya GPK menjadi pertimbangan saya.

5. SD Merjosari 3 dan 4
Di SD Merjosari 3 dan 4, saya diterima baik. Pihak sekolah menerima jika tahun depan anak saya bersekolah disana. Anak Berkebutuhan Khusus akan belajar dicampur dengan siswa lain setiap harinya di dalam kelas reguler. Tahun ini, Guru Pendamping Khusus di kedua sekolah ini tidak ada, meskipun ada siswa ABK disana. Tahun depan, pihak sekolah belum tahu ada tidaknya GPK di sekolah tersebut. Dari segi lingkungan, saya jatuh cinta dengan SD Merjosari 4. Letak sekolah yang dikelilingi persawahan membuat sekolah terasa sejuk, bukan di pinggir jalan raya, cocok untuk ABK.

6. SD Merjosari 5
Saya kebetulan tidak bertemu dengan Kepala Sekolah, dan diminta datang lagi lain waktu oleh salah seorang guru. Tapi, saya berhasil mendapatkan informasi tentang jumlah murid di dalam kelas yang menurut saya terlalu banyak untuk Rayhan atau ABK.

7. SD Dinoyo III
Saya bertemu langsung dengan Kepala Sekolah. Di sekolah ini saat ini tidak ada siswa ABK, maka GPK pun tidak ada.

8. SDLB River Kid
Saya bertemu dengan salah satu guru disana yang kebetulan kakak kelas saya sewaktu SMU di Madiun. Kami banyak ngobrol, terutama tentang kurikulum individu bagi tiap siswa. Hmmm... sebenarnya saya suka ini. Rayhan perlu kurikulum khusus, tidak hanya akademik, tapi juga bidang lain seperti ketrampilah, ruhani, bantu diri, dll. Peritimbangan saya hanya satu. Siswanya terlalu omogen untuk Rayhan. Dia butuh bantuan dari teman yang non ABK. Teman saya menyerahkan keputusan pada saya dan suami, tapi menyarankan apabila memang Rayhan mampu di kelas inklusi, maka kelas inklusi terbaik buat Rayhan.

9. SD Tlekung 1 Kota Batu
Lokasi SD Tlekung 1 di lereng gunung, jauh dari jalan raya. Saya butuh sekitar 20 menit perjalanan dengan motor. Tanpa macet tentunya, karena jalan aspal menuju kesana bukan jalur utama kota. Saya diterima oleh Kepala Sekolah. Saat saya datangkebetulan disana sedang ada empat mahasiswi PGSD yang diterima Kepala Sekolah. Saya ikut mendengarkan penjelasan Kepsek kepada empat mahasiswi tersebut. Sistem pengajaran inklusi ada waktu yang digabung siswa ABK dan non ABK, serta ada waktu pembelajaran khusus. Ada tiga GPK di sekolah ini. Seorang GPK maksimal mendampingi dua siswa ABK. Fasilitas yang tersedia untuk ABK ada mainan edukatif, trampolin, sepeda statis, kursi roda, TV untuk pembelajaran audio. Juga ada ruang kelas khusus untuk siswa ABK. Sungguh, saya jatuh cinta pada sekolah ini. Meskipun di pelosok, jauh dari keramaian, sebagian besar siswa dari kalangan menengah ke bawah tapi semangat dan penerimaan mereka luar biasa. Beliau juga menyarankan semua siswa ABK tetap ikut kelas terapi di luar jam sekolah di pusat-pusat terapi di sekitar Malang. Sepertinya sekolah ini pas dengan keinginan kami.

Ada dua SD yang sengaja tidak saya survei meskipun jaraknya cukup dekat dengan tempat tinggal kami. Pertimbangan kami adalah okasi kedua sekolah itu berada di tepi jalan raya utama.

Bagaimanapun, saya akan terus berkeliling untuk survei SD inklusi untuk Rayhan, baik negeri ataupun swasta. Tentu saja jarak, biaya, sistem pengajaran, GPK, jam belajar... menjadi pertimbangan kami untuk memutuskan. Tapi tetap bagaimanapun, saya akan membawa Rayhan sebelum mengetuk palu masuk SD mana. Bila Rayhan sekali dua kali kami ajak berkunjung dan merasa cocok, maka kami lanjutkan. Bila tidak, kami akan mencari sekolah lainnya.




No comments:

Post a Comment