Sunday, January 8, 2012

OBSESI dan PHOBIA bagian 2 #TAKUT SUARA


OBSESI identik dengan ketertarikan berlebihan.
PHOBIA identik dengan ketaktan berlebihan.
Ada beberapa hal yang menjadikan Rayhan seperti phobia, mulai dari tingkat ringan sampai berat. Suara, tumbuhan, laron, dan beberapa benda atau hal lain yang membuatnya merasa kurang nyaman, seperti iklan televisi, baju yang disablon, label pakaian, kardus (bungkus)  makanan.
·    
SUARA

Rayhan takut dengan suara berdengung, seperti suara mixer, blender, mesin disel, pesawat, kembang api, petasan, suara kereta api lewat, suara pemotong besi dan lainnya yang sejenis. Apa yang dia lakukan apabila mendengar suara tersebut?? Menjerit, menutup telinga, dan menangis.  Sekarang, tidak selalu demikian. Kami selalu berusaha menenangkan apabila dia ketakutan. Menjelaskan bahwa suara itu tidak berbahaya. Lambat laun, Rayhan mulai bisa mencari solusi sendiri. Apabila ada di dalam rumah, dia akan masuk kamar sambil membawa majalah, dan menutup pintu kamar. Tanpa menjerit, tanpa menutup telinga. Berbaring dan membuka-buka majalah. Apabila di luar rumah, dia lebih memilih menutup telinga, dan wajahnya nampak sekali menahan suatu ketakutan. Kami pernah sesekali melakukan shock terapi kepadanya, misalnya memintanya membantu membuat jus dengan blender, mengajaknya ke stasiun kereta api sambil menunjukkan bahwa suara tersebut tidak akan berbahaya.

Rayhan takut terhadap suaranya, bukan berarti takut dengan bendanya. Dia suka mainan pesawat, melihat pesawat/helikopter di televisi, mencari gambar pesawat di majalah atau koran, bahkan dia bisa membuat model pesawat dari lego. Dia juga suka bermain kereta api, helikopter, dan gambar kembang api. Mebuat gambar pesawat, kereta, dan kembang api pun tidak masalah baginya. Lalu apa penyebab ketakutannya??
Saya pernah membaca sebuah sumber, bahwa anak-anak autis umumnya memiliki ambang batas pendengaran yang berbeda dengan anak normal. Bisa terlalu bawah ataupun terlalu tinggi. Bayangan saya, mungkin seperti kita merasa tidak nyaman, apabila mendengar dua benda logam digesek-gesekkan, sehingga telinga kita pun merasa tidak nyaman, misalnya pisau yang digesekkan pada benda tertentu oleh tukang daging di pasar. Barangkali ambang batas pendengaran Rayhan pun berbeda dibanding anak normal. Kami belum pernah secara khusus memeriksakan hal tersebut, kecuali dulu pernah kami ajak ke dokter THT, dan Rayhan divonis menderita TUNA RUNGU. Kami bahkan sempat berdebat dengan dokter tersebut, dan keluar ruangan dokter dengan kesal.

Dalam bacaan yang lain disebutkan bahwa seorang anak autis bisa mengetahui selembar daun yang jatuh dari pohon di luar kelas, padahal dia sedang berada di dalam kelas mengikuti penjelasan seorang guru. Sebenarnya ada terapi yang bisa membantu memperbaiki ambang batas pendengaran tersebut, tetapi kami lebih memilih melakukan terapi secara alamiah kepada Rayhan. Melatihnya sering mendengar kami menggunakan blender, mengajak ke stasiun kereta, mengajak ke bengkel motor, sepertinya efektif untk Rayhan. Meskipun belum maksimal, dia mulai nyaman apabila saya ajak ke bengkel motor. Bahkan, dengan bekal majalah & makanan, kami seperti piknik makan siang di bengkel. Kami memperkenalkan kepada pemilik bengkel, dan mekanik mengenai kondisi Rayhan, dan mereka sangat terbuka menerima dan membantu proses belajar Rayhan. 

Apakah kami sudah berhasil?? BELUM, tapi kami optimis untuk BERHASIL, kami masih menjalani prosesnya.
--bersambung OBSESI dan PHOBIA bagian 3--

No comments:

Post a Comment