Sunday, January 15, 2012

LEGO "imajinasi" yang AJAIB

Mobil-mobilan dijajar berbaris, mulai dari yang kecil sampai besar, rapi dengan kelompok warna yang sama. Sepatu dan sandal, koran, HP, mainan balok kayu, kartu baca, semua juga berbaris, berjajar berurutan dengan pola tertentu. Setiap barisan lurus sempurna, dan tidak diijinkan siapapun, sengaja atau tidak  sengaja menyentuhnya. Berjam-jam barisan dibiarkan sempurna, dipandangi dengan wajah puas penuh kekaguman. Seolah-olah barisan mainan itu sebuah hasil karya seni yang bernilai tinggi. Keesokan harinya mainan dan barang-barang kesukaannya akan kembali dibariskan rapi. Berulang setiap saat, hampir setiap hari.

Begiulah Rayhan dahulu bermain. Bagi orang lain akan terlihat monoton, dan tidak menarik. Tapi tidak bagi Rayhan. Entah dari sudut pandang seni dari arah yang mana, sehingga barisan-barisan benda itu menjadi sangat menarik dan memuaskan jiwa seninya. Mengajaknya memainkan benda-benda seperti mobil-mobilan, sepeda, menggambar, mewarna, atau alat musik, hanya bisa bertahan sekian menit. Lalu hilang dan kembali dalam barisan berpola. Hingga pada suatu waktu, awal tahun 2011, sebuah maket apartemen berhasil menarik perhatiannya, dan sedikit merubah minatnya pada balok-balok kayu berwarna. Dibentuknya dua buah barisan di bagian kanan dan kiri, dan dibariskan pula mobil-mobilan di antara barisan balok. Mirip sebuah jalan dengan rumah-rumah di bagian kanan dan kiri. Model yang dibuatnya benar-benar membuat saya kagum luar biasa. Meskipun saat itu, pola yang dibuat masih belum bercerita "sesuatu" dan Rayhan masih mempertahankan kerapian dan kesempurnaan barisan balok dan mobil, dan tetap memandanginya selama berjam-jam. 
Simulasi lalu lintas
arsitektur pertama
Selanjutnya, kami memperkenalkan LEGO padanya, dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus dan imajinasinya. Rayhan cukup antusias, tetapi jari-jari tangannya masih kaku untuk menyambung antar lego. Bentuk yang dibuat pun masih monoton, berbaris memanjang atau tinggi menjulang, dengan pola warna dan bentuk sejenis. Kami berusaha memberi contoh membuat model bentuk-bentuk mainan, tetapi Rayhan masih tetap ngotot dengan hasil karyanya. Akhirnya kami kembali mengajaknya untuk melihat maket-maket gedung bertingkat, dan ternyata untuk kedua kalinya hal itu berdampak positif untuknya. Ditambah dengan simulasi berbentuk jalan raya, rumah, gedung, masjid, dan warung atau toko di sekitar rumah yang biasa kami kunjungi. Rayhan pelan-pelan mengerti konsep imajinasi. Mulai faham bagaimana bermain imajinasi dengan media lego dan balok-balok kayu yang tersedia di rumah. Maka, jadilah arsitektur pertamanya. Gedung Malang Town Square, dan MX Mall, serta masjid di samping MX, dan mobil yang diparkir di depan gedung-gedung itu. Saya pun merasa takjub dengan hasil karyanya. Rayhan mampu menggambarkan kembali bangunan yang sering dilihatnya, menjawab dengan detil apa yang dibuatnya.

Kami menganggap kemajuan ini luar biasa, karena anak autis biasanya kesulitan bermain "pura-pura", bermain peran, bermain imajinasi. Mereka umumnya monoton dan repetitif. Selanjutnya Rayhan semakin mudah bermain membuat model-model lain dari lego, tanpa kami beri contoh sama sekali. Melihat benda, lalu dibuatnya, dan memang mirip. Imajinasinya terus bisa dituangkan dalam berbagai model dengan lego. Bahkan, jika hasil yang didapatkan tidak seperti yang diinginkan, dia membongkarnya dan membuat lagi dari awal dengan cara yang berbeda. Maka jadilah bentuk pesawat mobil pemadam kebakaran di bandara, lapangan sepakbola lengkap dengan gawang dan papan skor serta kursi penonton, gerobak bakso yang menggunakan motor, gajah, kamera, orang sedang meniup lilin di kue ulang tahun, perahu yang sedang memancing ikan, badminton lengkap dengan "net" dan raket serta kursi penonton....... dan masih banyak lagi model yang istimewa. Saya saja kadang tidak terfikirkan untuk membuat model dengan cara yang dilakukannya.

Papan Skor
Gitar
Orang & kue ulang tahun
Orang naik motor

Pom Bensin
Kamera
Lapangan Bola, "cars", dan bakso moto



























Laptop dan flashdisk











Kadang Rayhan masih mempertahankan bentuk legonya selama beberapa saat terbebas dari gangguan  siapapun, tapi tidak lagi memandanginya selama berjam-jam. Apabila dia merasa sudah cukup puas bermain dengan hasil karyanya, dia akan membiarkan mainannya digunakan adik Raka, ataupun dirapikan kembali. Saya benar-benar menganggap LEGO suatu yang ajaib, yang bisa menjadi sarana bermain motorik halus dan wahanan imajinasi semua anak, bahkan orangtua. Mainan wajib di rumah Anda............

WELL DONE, SON!!!

No comments:

Post a Comment